Jakarta – Bank Dunia mengumumkan inisiatif baru yang berfokus pada investasi dalam pembiayaan dan bisnis di sektor agrikultur. Lembaga pemberi pinjaman internasional tersebut akan menggelontarkan USD 9 miliar atau sekitar Rp 140,2 triliun per tahun mulai 2030.
Kami telah memeriksa tantangan dari setiap sudut, tentang bagaimana meningkatkan produksi pangan, meningkatkan produktivitas, dan menyelesaikan masalah seputar kelangkaan air, pupuk, infrastruktur, dan pembiayaan, kata Presiden Bank Dunia, Ajay Banga dalam sebuah acara di pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional/Kelompok Bank Dunia, dikutip dari US News, Kamis (24/10/2024).
Kami menggabungkan cara kerja baru dengan tingkat investasi baru, ungkapnya.
Pemberi pinjaman multilateral yang berbasis di Washington itu juga mengatakan bahwa sejumlah perubahan baru-baru ini dalam lanskap agribisnis bersama dengan reformasi di Bank Dunia sendiri akan memungkinkan peningkatan pendanaan yang dialokasikan untuk pertanian.
Salah satunya adalah memanfaatkan lebih banyak sumber daya keuangan iklim, dengan sektor tersebut, yang semakin rentan terhadap risiko dan penyumbang emisi yang signifikan. Bank Dunia mencatat, pihaknya saat ini hanya menerima 4% dari keuangan iklim secara global.
Banga menambahkan, dengan meningkatkan penggunaan alat-alat pengurangan risiko seperti jaminan kredit, fasilitas kerugian pertama, dan instrumen asuransi, pinjaman menjadi lebih aman dan lebih layak secara komersial serta menarik lebih banyak modal swasta.
Sementara itu, kemajuan dalam digitalisasi juga mempermudah penggabungan usaha pertanian dan menghubungkannya dengan pembeli dan penyedia layanan keuangan.