Jakarta – Setiap tahun baru Imlek, tradisi pemberian angpao menjadi salah satu momen yang paling dinantikan, terutama oleh anak-anak dan kaum muda.
Angpao, amplop merah berisi uang, bukan sekadar hadiah, tetapi simbol keberuntungan dan berkah dari yang lebih tua kepada yang lebih muda. Warna merah pada angpao melambangkan kebahagiaan dan pengusiran roh jahat, menjadikannya elemen penting dalam perayaan Imlek. Demikian dikutip dari berbagai sumber, Kamis (16/1/2025).
Pemberian angpao memiliki aturan dan etika yang perlu diperhatikan agar maknanya tetap terjaga. Pertama, angpao biasanya diberikan oleh mereka yang sudah menikah kepada yang belum menikah, terutama anak-anak dan remaja. Hal ini melambangkan transisi tanggung jawab dan harapan agar yang lebih muda dapat tumbuh dengan baik dan sejahtera.
Penting untuk diingat jumlah uang dalam angpao sebaiknya berupa angka genap, karena angka ganjil dianggap membawa sial.
Selain itu, hindari memberikan jumlah dalam angka 4. Misalkan jika memakai yuan, 40 yuan atau 400 yuan. Angka 4 dalam bahasa China seperti kematian sehingga dianggap membawa sial. Angka genap kecuali empat lebih baik daripada ganjil.
Selain jumlah uang, cara memberikan angpao juga memiliki nilai etika tersendiri. Angpao sebaiknya diberikan dengan kedua tangan sebagai tanda hormat, dan penerima juga sebaiknya menerimanya dengan kedua tangan sambil mengucapkan terima kasih atau memberikan ucapan selamat tahun baru.
Ini mencerminkan rasa hormat dan saling menghargai antara pemberi dan penerima, menjaga semangat kebersamaan dalam perayaan Imlek.
Meskipun angpao identik dengan anak-anak, dalam beberapa budaya, orangtua juga dapat menerima angpao dari anak-anak mereka yang sudah dewasa sebagai tanda bakti dan penghormatan.
Ini menunjukkan tradisi angpao tidak hanya tentang memberi, tetapi juga tentang saling berbagi kebahagiaan dan kesejahteraan. Namun, pemberian angpao kepada orang tua biasanya tidak diharuskan dan lebih bersifat sukarela.