Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada September 2024 sebesar USD 22,08 miliar. Angka itu meningkat secara tahunan dari September 2023.
Kala itu, nilai ekspor RI mencapai USD 19,34 miliar. Artinya ada kenaikan sebesar 6,44 persen pada September 2024.
Secara tahunan nilai ekspor September 2024 mengalami peningkatan sebesar 6,44 persen, kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Selasa (15/10/2024).
Dia mengatakan, ada beberapa komoditas yang menyumbang kenaikan nilai ekspor tersebut. Terutama pada peningkatan komoditas ekspor non migas.
Di antaranya, bahan bakar mineral dengan kode HS 27. Logam mulia dan perhiasan atau permata dengan kode HS 71. Serta, kakao dan olahannya dengan kode HS 18.
Kenaikan ini didorong oleh penibnkatan ekspor non migas terutama pada bahan bakar mineral HS 27, logam mulia dan perhiasan atau permata HS 71, serta kakao dan olahannya HS 18, tutur Amalia.
Diketahui, nilai ekspor tersebut sebetulnya mengalami penurunan dari Agustus 2024. Penurunannya terjadi sekitar 5,80 persen.
Nilai Ekspor Turun 5,8 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka ekspor sepanjang September 2024 mencapai USD 22,08 miliar. Angka tersebut ternyata turun dari perolehan ekspor pada Agustus 2024, bulan sebelumnya.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan besaran ekspor tersebut mengalami penurunan sebesar 5,8 persen dari bulan sebelumnya.
Pada September 2024 nilai ekspor mencapai USD 22,08 miliar atau turun sebesar 5,80 persen dibandingkan bulan Agustus 2024, kata Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (15/10/2024).
Secara nilai, ekspor migas tercatat sebesar USD 1,17 miliar atau turun 2,81 persen. Sama halnya dengan ekspor noj migas yang turun 5,96 persen menjadi USD 20,91 miliar
Menurut Amalia, penurunan ekspor pada September 2024 itu disebabkan oleh menurunnya ekspor non migas. Utamanya pada 3 komoditas.
Penurunan nilai ekspor September secara bulanan, terutama didorong oleh penurunan ekspor non migas terutama pada komoditas lemak hewan dan nabati HS 15, bijih logam, terak dan abu HS 26, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya atau HS 85, tuturnya.
Adapun penurunan ekspor migas terutama didorong oleh penurunan nilai ekspor gas dengan andil sebesar minus 0,27 persen, Â Amalia menambahkan.