Jakarta Industri kesehatan Indonesia saat ini bernilai lebih dari USD 50 miliar pada tahun 2024 dan terus bertumbuh 11 persen per tahunnya. Hal ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang lebih modern, mudah diakses, dan berbasis teknologi.
Transformasi digital menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini, terutama dalam mempercepat diagnosis, meningkatkan efisiensi perawatan, serta memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat.
Peningkatan penggunaan teknologi dalam layanan kesehatan mencakup berbagai aspek, mulai dari telemedicine, rekam medis elektronik, hingga penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam menganalisis data kesehatan pasien. Dengan adanya inovasi ini, pasien tidak lagi harus menghabiskan waktu berjam-jam di fasilitas kesehatan untuk mendapatkan konsultasi atau hasil pemeriksaan.
Namun, adopsi teknologi dalam pelayanan kesehatan juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satu kendala utama adalah kesenjangan akses terhadap teknologi di berbagai wilayah, terutama di daerah terpencil. Infrastruktur digital yang belum merata serta keterbatasan literasi digital menjadi hambatan yang harus diatasi agar inovasi ini bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Salah satu perusahaan yang turut berkontribusi dalam transformasi ini adalah Bumame. Pada 27 Februari 2025, Bumame mengumumkan telah menyelesaikan putaran pendanaan Pra-Series A yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dengan partisipasi dari 500 Global dan Kopital Ventures.
“Pendanaan ini merupakan bukti atas visi besar Bumame dan kepercayaan yang telah dibangun dengan para investor, mitra, dan komunitas,” ujar Co-Founder & General Partner Alpha JWC Ventures, Chandra Tjan dikutip Selasa (4/3/2025).
Dana tersebut akan digunakan untuk mempercepat pengembangan layanan kesehatan yang lebih komprehensif dan berbasis teknologi.