Jakarta Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengingatkan bahwa Bank Indonesia (BI) perlu tetap hadir di pasar meski adanya libur Hari Raya Idul Fitri.
Pasalnya, Rupiah terus dihantui pelemahan imbas dinamika perang dagang AS-China yang mengguncang pasar global.
“Walaupun sudah libur (Lebaran), Bank Indonesia harus melakukan intervensi (jika ada pelemahan Rupiah) dan tetap ada di pasar. Berbeda dengan lebaran tahun lalu, pada saat libur, Bank Indonesia libur,” kata Ibrahim kepada www.wmhg.org di Jakarta, Kamis (13/3/2025).
Ibrahim memperkirakan, posisi Rupiah paling rawan pelemahan berada di tanggal 24, 25, 26, 27, hingga 28 Maret sampai di minggu berikutnya, mengingat libur Lebaran berlangsung hampir 2 minggu.
“Kalau saat ini libur hampir 2 minggu kemudian Bank Indonesia tidak turun ke pasar, tidak melakukan intervensi (jika ada pelemahan) bisa saja bisa Rupiah mencapai di atas kisaran Rp16.500,” jelasnya.
Ibrahim memprediksi, tanpa adanya intervensi BI pelemahan Rupiah berpeluang menembus level Rp16.800.
“Harus ada regulasi baru bagi Bank Indonesia dan pemerintah bahwa..walaupun libur panjang, tetapi Bank Indonesia harus tetap di pasar. Karena pada saat libur panjang, Bank Indonesia kan tutup tetapi pergerakan Rupiah di luar negeri tetap berjalan,” jelasnya.
“Ini yang harus diantisipasi oleh pemerintah, karena apa? Karena kalau Rupiah terlalu melemahnya akan sangat berbahaya bagi pengusaha-pengusaha importir,” tambah Ibrahim.