Jakarta Dalam waktu dekat, Indonesia akan meluncurkan Danantara, sebuah badan pengelola dana investasi senilai hampir USD 900 miliar atau sekitar Rp 14.568 triliun. Danantara dijadwalkan untuk diluncurkan pada 24 Februari 2025 mendatang.
Danantara sendiri diproyeksikan akan menjadi perusahaan ke-7 terbesar dunia. Sektor-sektor yang menjadi target investasi Danantara antara lain energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, dan produksi pangan.
Beberapa waktu lalu, Presiden RI Prabowo Subianto menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana yang berasal dari tujuh BUMN besar, termasuk Bank Mandiri, BRI, BNI, Pertamina, PLN, Telkom, dan MIND ID.
Ekonom sekaligus Direktur eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira menilai bahwa Danantara dapat memberi banyak manfaat positif bagi perekonomian Indonesia, salah satunya di sektor energi berkelanjutan.
“Danantara tentunya banyak hal positif; salah satunya danantara ini biss memepercepat pembiayaan transisi energi, baik untuk pensiunan PLTU batu bara maupun pengembangan energi terbarukan,” ungkap Bhima kepada www.wmhg.org di Jakarta, dikutip Jumat (21/2/2025).
“Caranya bagaimana? misal aset PLN yang dikonsolidasikan ke Danantara bisa dijadikan sebagai jaminan untuk pembiayaan transisi energi,” lanjutnya.
Modal Danantara USD 900 Miliar
Lebih lanjut Bhima mengatakan, penting bagi Danantara untuk menjaga aset-aset yang dijaminkan adalah aset yang di luar PLTU batu bara. Hal ini mengingat tingginya total investasi yang diserap Danantara diperkirakan mencapai USD 900 miliar.
“Jadi Danantara ini merupakan langkah cepat untuk mempercepat masuknya dana-dana dari asing untuk bisnis ataupun proyek-proyek yang berkelanjutan,” katanya.