Jakarta – Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Padjadjaran Arief Anshory Yusuf menilai, defisit APBN per Maret 2025 masih dalam rentang aman.
Pasalnya, defisit Rp 104,2 triliun masih setara 0,43 persen dari produk domestik bruto (PDB), atau sekitar 16,9 persen dari target defisit APBN 2025 senilai Rp 616,2 triliun atau setara 2,53 persen dari PDB.
Kalau intuisi sederhana saya, kalau masih di bawah 1/4 defisit sih aman. Karena defisit atau surplus itu konsolidasi tahunan, dan diawal-awal tahun berarti masih banyak room for manuver, ujar Arief kepada www.wmhg.org, ditulis Kamis (10/4/2025).
Sosok yang juga menjabat sebagai anggota Dewan Ekonomi Nasional ini turut memberi masukan, hal yang perlu diantisipasi pemerintah ke depan ialah perputaran budget dalam siklus APBN, baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran.
Berarti tinggal dipastikan aja pengeluaran 9 bulan ke depan sesuai dengan target defisit 2,53 persen, kata dia.
Menurut dia, terlalu dini untuk menghakimi defisit anggaran ini sebagai masalah serius. Lantaran kinerja APBN 2025 baru berjalan tiga bulan di kuartal pertama.
Yang perlu dipikirkan adalah antisipasi pertumbuhan ekonomi yang mungkin akan berkurang karena global slow down akibat trump (-0.5 persen untuk indonesia) yang sangat mungkin berpotensi mengurangi realisasi penerimaan negara, imbuhnya.
Sebagai catatan, defisit pada Maret 2025 ini memancing perhatian tersendiri, lantaran kinerja APBN pada Maret 2024 tercatat surplus. APBN tahun lalu surplus Rp 8,1 triliun atau 0,04 persen dari PDB hingga Maret 2024.