Jakarta – Harga barang kebutuhan pokok seperti cabai terus mengalami penurunan di Indonesia, dengan ekonomi mencatat deflasi selama lima bulan berturut-turut. Deflasi di Indonesia ini ternyata menyita perhatian dunia, salah satunya mitra dagang Indonesia, yaitu Australia.
Sementara Australia menghadapi masalah inflasi yang berkepanjangan, Indonesia justru mengalami sebaliknya.
Dikutip melalui abcnews, Kamis (31/10/2024) Badan Pusat Statistik Indonesia melaporkan bahwa pada bulan September, terjadi deflasi sebesar 0,12 persen — bulan kelima berturut-turut. Meskipun banyak yang menyambut baik penurunan harga ini, para ekonom mengatakan bahwa hal tersebut tidak selalu berarti positif.
Deflasi adalah ketika harga barang dan jasa menurun. Menurut Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, lima bulan berturut-turut deflasi akan memberikan dampak positif.
Ini akan berdampak signifikan terhadap daya beli, terutama bagi kelas menengah ke bawah yang proporsional menghabiskan lebih banyak untuk makanan, ujar Sri Mulyani.
Secara sederhana, makanan menjadi lebih terjangkau bagi mereka yang memiliki keterbatasan. Namun, penurunan harga ini terjadi setelah harga melambung tinggi tahun lalu, sementara upah tidak sejalan dengan inflasi.
Pertanda Bahaya
Deflasi saat ini menjadi peringatan karena menunjukkan bahwa daya beli masyarakat semakin melemah, jelas Eliza Mardian, seorang peneliti di lembaga pemikir ekonomi Core Indonesia.
Sederhananya: harga turun karena semakin sedikit orang yang memiliki uang cukup dan keinginan untuk membelanjakannya, kata Mardian.