Jakarta – Pelantikan Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan berlangsung pada 20 Januari 2025. Ini menjadi momen yang dinantikan oleh seluruh dunia karena sebagian besar ingin mengetahui kebijakan ekonomi Donald Trump yang akan diimplementasikan pada awal pemerintahan.
Lantas bagaimana dampak ke Indonesia jika Donald Trump saat menduduki kursi di Gedung Putih langsung menjalankan kebijakan ekonomi yang digembar-gemborkan selama masa kampanye kemarin?
Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengungkapkan, kembali menjabatnya Donald Trump sebagai Presiden AS akan sangat berdampak pada Indonesia, terutama dari sisi aliran modal asing.
Tak hanya itu, kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih juga sangat mempengaruhi nilai tukar rupiah.
“Akan berpengaruh cukup signifikan, terutama dalam aspek aliran dana dan nilai tukar rupiah. Apalagi pada 2025 dan 2026 SBN senilai Rp 1.600 jatuh tempo, dan perlu refinancing,” kata Wijayanto kepada www.wmhg.org, Jumat (17/1/2025).
Adapun secara global, dampak dari Pemerintahan Trump ke depan menurut Wijayanto adalah menimbulkan ketidakpastian baru di dunia dengan geopolitik dan ekonomi yang sudah sangat dinamis ini.
Ia berpotensi mengerem pertumbuhan ekonomi global, melalui berbagai kebijakan tarif dan ide aneh seperti menjadikan Kanada provinsi ke-51, mengajak Greenland bergabung, dan menguasai Terusan Panama.
Sejak Donald Trump memenangi pemilihan umum November lalu, ia terus mengancam akan mengenakan tarif baru terhadap mitra dagang utama AS, Tiongkok, Kanada, dan Meksiko.
Tarif ini berpotensi menaikkan harga, mengurangi permintaan produk, dan merugikan laba perusahaan, yang pada gilirannya dapat menurunkan tingkat investasi.