Jakarta – Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat (AS) 2024 menimbulkan kekhawatiran inflasi meningkat, jika Presiden terpilih AS tersebut memberlakukan komitmen kampanyenya untuk memangkas pajak, menindak tegas imigrasi, dan menaikkan tarif impor.
Melansir CNN Business, Kamis (7/11/2024), profesor ekonomi di INSEAD, sebuah sekolah bisnis yang berkantor pusat di Prancis, Antonio Fatás menilai bahwa kebijakan yang diusulkan Donald Trump, termasuk mendeportasi imigran hingga tarif impor kemungkinan besar menyebabkan penurunan substansial dalam output ekonomi AS dan peningkatan besar dalam inflasi.
Senada, kepala keuangan dan pasar di platform investasi Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter juga melihat Dolar AS yang lebih kuat mencerminkan ekspektasi bahwa Trump akan memangkas pajak, menaikkan tarif, dan menekan imigrasi, yang semuanya mendorong inflasi dan kemungkinan berarti suku bunga yang lebih tinggi di tahun-tahun mendatang.
Investor bersiap menghadapi tarif, yang akan menaikkan harga barang impor bagi pembeli Amerika, papar Sreeter.
 Komitmen Trump untuk mengelurkan imigran dengan gelombang deportasi juga dapat berdampak pada ekonomi, yang berpotensi meningkatkan tagihan upah bagi perusahaan, bebernya.
Selama masa kampanye, Trump mengusulkan tarif 10-20% untuk semua barang impor yang masuk ke AS. Ini menandai peningkatan tajam dari rata-rata tarif impor di Amerika saat ini sebesar 2% atau, dalam banyak kasus, nol.
Untuk impor dari Tiongkok, Trump mengusulkan tarif yang lebih tinggi, setidaknya 60%. Ditambah lagi, ia telah memberlakukan tarif 100% atau 200% untuk mobil yang dibuat di Meksiko atau untuk produk yang dibuat oleh perusahaan yang memindahkan produksi dari AS ke Meksiko.
Kami sekarang memperkirakan hanya satu pemotongan The Fed pada tahun 2025, dengan kebijakan (moneter) ditunda hingga guncangan inflasi yang terealisasi dari tarif telah berlalu, tulis analis Nomura dalam sebuah catatan.