Jakarta Ekonom keuangan senior, Achmad Deni Daruri, menegaskan anjloknya harga saham di beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terjadi belakangan ini murni disebabkan oleh dinamika pasar global. Bukan akibat pengelolaan portofolio oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), perusahaan investasi pemerintah yang baru dibentuk.
Turunnya harga saham BUMN baru-baru ini adalah wajar. Harga saham itu mencerminkan harga riil perusahaan di masa depan. Artinya, harga saham BUMN saat ini, memang sudah sangat mahal, mengingat penurunan valuasi saham yang dipicu banyak sebab. Misalnya, pembangunan proyek infrastruktur yang tidak efisien di periode lalu, papar Deni, Senin (2/12/2024).
Penurunan harga saham BUMN ini, menurut analisa Founder Bumi Global Karbon (BGK) itu, masih akan berlanjut. Jika, BPI Danantara dibentuk secara tidak profesional, lembaga ini akan mewarisi saham BUMN dengan harga yang terus menurun.
Harga Saham Turun
Sebaliknya, jika harga saham ini terus turun, beban BPI Danantara di masa depan tidak akan terlalu berat karena belum dibentuk. Hal ini karena diperkirakan harga saham BUMN sudah mencerminkan nilai fundamentalnya.
Oleh karena itu, BPI Danantara harus siap secara organisasi, menyambut anjloknya harga saham BUMN hingga titik terendahnya, imbuh Deni.
Selanjutnya, Deni membedah struktur organsasi BPI Danantara dalam kondisi ideal. Sebaiknya menggandeng manajemen investasi, manajemen regional, dan manajemen perusahaan yang bekerja sama untuk mencapai tujuan strategis perusahaan.
Dengan tim manajemen investasi dipimpin Chief Investment Officer, bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang investasi yang berpotensi memberikan nilai tambah jangka panjang.