Jakarta Tingkat pengangguran di kalangan generasi muda di China kembali naik ke level tinggi pada bulan Agustus 2024.
Melansir CNBC International, Senin (23/9/2024), tingkat pengangguran masyarakat berusia 16 hingga 24 tahun di China yang tidak bersekolah naik menjadi 18,8% bulan lalu, menurut data terbaru Biro Statistik Nasional Tiongkok.
Angka tersebut menandai kenaikan dari 17,1% yang tercatat pada bulan Juli, dan 13,2% pada bulan Juni 2024. Tingkat pengangguran perkotaan China di semua kategori usia juga naik menjadi 5,3% pada bulan Agustus, dibandingkan dengan 5,2% pada bulan Juli 2024.
Tiongkok sempat menghentikan pelaporan tingkat pengangguran pemuda untuk sebagian besar paruh kedua tahun lalu sementara mereka menilai kembali metode perhitungannya.
“Semakin sulit bagi kaum muda untuk mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi seperti sebelumnya, karena dalam tiga tahun terakhir, sektor jasa perkotaan bernilai tambah tinggi yang dulu menyerap banyak lulusan baru mengalami kontraksi tajam, khususnya di sektor real estat, keuangan, dan IT,” kata Dan Wang, kepala ekonom di HSBC.
Dampak Ekonomi
Pengangguran di kalangan generasi muda di Tiongkok juga dipengaruhi oleh kebijakan perekrutan yang ketat di tengah kondisi ekonomi yang sulit belakangan ini, karena perusahaan menolak mempekerjakan lulusan perguruan tinggi baru akibat terbatasnya biaya.
“Banyak perusahaan menolak mempekerjakan lulusan perguruan tinggi baru karena khawatir akan biaya dan kesulitan hukum jika mereka harus memberhentikan seseorang setahun kemudian, jika ekonomi tetap lesu,” ungkap Shaun Rein, pendiri China Market Research Group.
“Perusahaan harus membayar n+2. Jika seseorang bekerja selama 2 tahun, maka perusahaan harus memberikan pemberitahuan 30 hari ditambah gaji 2 bulan. Ini mahal, jadi tidak ada yang mau memberhentikan siapa pun sekarang atau mempekerjakan orang baru,” jelas Rein.
Itulah sebabnya tingkat pengangguran secara keseluruhan tidak terlalu buruk, tetapi tingkat pengangguran di kalangan pemuda sangat tinggi, tambah Rein.