Jakarta Harga minyak dunia bertahan mendekati level terendah dalam 2 minggu pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta) setelah turun sekitar 5% selama dua sesi perdagangan terakhir. Pergerakan harga emas dipengaruhi langkah investor yang menyerap revisi turun terbaru OPEC untuk pertumbuhan permintaan, dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat, dan kekecewaan atas rencana stimulus terbaru Tiongkok.
Dikutip dari CNBC, Rabu (13/11/2024), harga minyak mentah Brent naik 6 sen dan ditutup pada level USD 71,89 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 8 sen dan ditutup pada USD 68,12 per barel. Pada hari Senin, kedua acuan harga minyak mentah ditutup pada harga terendah sejak 29 Oktober 2024.
“Kecenderungan normal minyak mentah setelah penurunan tajam adalah pemulihan kembali ke sekitar tengah kisaran hari sebelumnya dalam beberapa sesi,” kata Analis Ritterbusch and Associates.
OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada 2024 dan juga menurunkan proyeksinya untuk tahun depan, menandai revisi turun keempat berturut-turut dari kelompok produsen tersebut.
Tantangan OPEC
Prospek yang lebih lemah menyoroti tantangan yang dihadapi OPEC+, sebuah kelompok yang mencakup Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu seperti Rusia. Bulan ini, kelompok tersebut menunda rencana untuk mulai meningkatkan produksi pada Desember dengan latar belakang harga yang turun.
“Dengan permintaan Tiongkok yang masih lesu, perubahan sisi pasokan oleh OPEC tidak memberikan dampak yang diinginkan selain mempertahankan harga minyak Brent di USD 70,” kata Gaurav Sharma, Analis Minyak Independen di London.
OPEC mengatakan permintaan minyak dunia akan naik 1,82 juta barel per hari (bph) pada 2024, turun dari perkiraan pertumbuhan 1,93 juta bph bulan lalu. Kelompok tersebut juga memangkas estimasi pertumbuhan permintaan global tahun 2025 menjadi 1,54 juta barel per hari dari 1,64 juta barel per hari.