Jakarta – Ekonom HSBC mengungkapkan tantangan ekonomi dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Chief India and Indonesia Economist HSBC Global Research, Pranjul Bhandari menilai, program MBG memiliki tantangan salah satunya biaya yang dibutuhkan tidak kecil.
Sebagai catatan, Pemerintah menggelontarkan Rp.71 triliun dalam APBN 2025 untuk mendanai skema Makan Bergizi Gratis, yang mulai berjalan pada 5 Januari 2025.
Tantangan dalam skema makanan bergizi gratis adalah bagaimana menjadikannya bermanfaat bagi anak-anak, tetapi pada saat yang sama tidak terlalu mengeluarkan biaya besar hingga menyebabkan ketidakstabilan ekonomi,” ungkap Pranjul dalam kegiatan HSBC: Indonesia & Asia Investment & Economic & Investment Outlook 2025, Jakarta, Kamis (9/1/2025).
Di sisi lain, dia melihat makan bergizi gratis memiliki manfaatkan jangka panjang yang dapat meningkatkan sumber daya manusia suatu negara. Pranjul mencontohkan beberapa negara yang berhasil menerapkan program MBG, salah satunya adalah India dan negara-negara Amerika Latin.
Di India, makanan yang diberikan kepada penerima skema MBG sebagian besar berasal dari hasil bumi lokal, yang pada akhirnya mendukung efisiensi biaya tetapi tetap memberikan manfaat gizi yang optimal.
Melihat pengalaman di negara lain terutama India dan beberapa negara Amerika Latin, di mana skema seperti makanan gratis membuat tenaga kerja jauh lebih kuat dan mampu bekerja sehingga memberikan kontribusi yang produktif terhadap pertumbuhan ekonomi, paparnya.
Maka dari itu, jika diterapkan dengan strategi pendekatan yang tepat, MBG dapat menjadi investasi jangka panjang yang menguntungkan bagi ekonomi Indonesia.
Jika (MBG) dilakukan dengan cara yang bijak, maka dampaknya bisa sangat positif untuk pertumbuhan ekonomi, tutur Pranjul.