Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, mengatakan Pemerintah Indonesia berencana menambah kuota impor liquefied petroleum gas (LPG) dan minyak dari Amerika Serikat (AS) senilai USD10 miliar setara Rp167,73 triliun (1 USD = Rp16.773).
Kami mengusulkan dari ESDM adalah, pertama, kita mengimpor sebagian minyak dari Amerika dengan menambah kuota impor kita LPG yang angkanya kurang lebih di atas USD10 miliar, kata Bahlil dalam konferensi pers dalam Opening Ceremony Global Hydrogen Ecosystem Summit & Exhibition 2025, di JCC, Jakarta, Selasa (15/4/2025).
Bahlil Lahadalia menyatakan langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat.
Kalau ini saja kita geser, maka defisit neraca perdagangan kita dengan Amerika itu tidak akan terjadi lagi. Neraca kita balance. Ini yang kita akan lakukan, ujar dia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mencatatkan surplus perdagangan terhadap AS sebesar USD14,6 miliar. Namun, Bahlil menegaskan pemerintah ingin memenuhi harapan Amerika untuk menciptakan neraca perdagangan yang lebih seimbang.
Masalah kita dengan Amerika itu adalah surplus neraca perdagangan, tegas Bahlil.
Pemerintah Evaluasi Berbagai Komoditas Berpotensi impor dari AS
Kata Bahlil, sebagaimana arahan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah juga sedang mengevaluasi berbagai komoditas lain yang berpotensi diimpor dari AS.
Atas arahan Bapak Presiden Prabowo kepada kami, coba mengecek komoditas apa lagi yang bisa kita beli di Amerika, uajrnya.
Bahlil menepis anggapan kebijakan ini berkaitan dengan isu kritikal mineral atau perang tarif antara kedua negara. Ia menyebut, komunikasi bilateral antara Indonesia dan AS tetap berjalan baik.
Jadi enggaj ada kaitannya dengan kritikal mineral, dengan perang tarif ini. Bahwa kemudian ada komunikasi bilateral, mereka butuh kritikal mineral kita, monggo kita terbuka. Kita sangat terbuka dan senang. Kenapa? Karena Amerika sama kita hubungannya baik. Jelas!, ujarnya.