Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana memulai produksi garam secara masif di Indonesia pada tahun 2025. Langkah ini bertujuan untuk mencapai target swasembada garam pada tahun 2027, yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor garam.
Fokus utama produksi akan dilakukan di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kulon Progo, yang dinilai memiliki potensi besar dalam pengembangan industri garam.
Staf Ahli Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Hendra Yusran Siry, menyampaikan salah satu lokasi percontohan di Nusa Tenggara Timur memiliki karakteristik geografis yang serupa dengan Darwin, salah satu produsen garam terbesar di Australia.
“Dan salah satu yang lakuin berharap di sekitar NTT yang punya kesamaan dan segaris dengan darwin bisa produksi garam, kata Hendra dalam konferensi pers, Jakarta, Selasa (17/12).
Sementara itu, produksi garam di wilayah Kulon Progo akan menerapkan sistem gravitasi atau pemanfaatan kemiringan di tepi laut serta teknologi rumah tunnel. Dengan sistem ini, kadar garam yang dihasilkan dapat mencapai tingkat kemurnian antara 97 hingga 98 persen.
Untuk di beberapa tempat misalnya di kulon progo misalnya sistem garam yang memanfaatkan grativikasi atau kemiringan di pinggir laut dan panas yang menggunakan sistem tunnel, itu kadar garam yang dihasilkan bisa mencapai 97-98 persen, jelas Hendra.
Hendra menambahkan fokus utama pihaknya saat ini adalah memastikan kualitas produksi garam dari hulu. Dengan kualitas sumber garam yang baik, pemerintah berharap dapat mengembangkan berbagai produk turunan yang lebih optimal.
“Nah kita berharap, yang paling penting hulu kalau sumbernya bagus kita mau menggunakan apa saja produk turunan lainya bisa lebih bagus. sehingga kami fokus gimana produksi garam bisa secara kualitas baik,” ungkapnya.