Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia tumbuh 5,05 persen di kuartal II-2024 secara tahunan. Penyumbang terbesar adalah industri pengolahan.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud menyampaikan industri pengolahan menyumbang kontribusi sebesae 0,79 persen dari total pertumbuhan ekonomi 5,05 persen.
Jika dilihat dari sumber pertumbuhan, pada triwulan II 2024 industri oengolahan menjadi sumber pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 0,79 persen dari 5,05 persen pada triwulan II 2024, urai Edy dalam konferensi pers Rilis BPS, Senin (5/8/2024).
Selain itu, sektor konstruksi juga turut memberikan andil besar. Yakni tercatat sebesar 0,67 persen. Diikuti dengan sektor perdagangan sebesar 0,63 persen, dan sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,50 persen.
Sementara itu, kelompok lapangan usaha lainnya secara kumulatif menyumbang pertumbuhan sebesar 2,46 persen.
Angka tersebut terlihat lebih rendah dari kontribusi pada pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2024. Yakni, Industri pengolahan sebesar 0,88 persen, konstruksi sebesar 0,73 persen, perdagangan sebesar 0,60 persen dan informasi dan komunikasi sebesar 0,56 persen.
Sama halnya dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2023 lalu sebesar 5,17 persen. Kala itu, industri pengoalahan menyumbang 0,89 persen, konstruksi 0,48 persen, perdagangan 0,69 persen, dan informasi dan komunikasi sebesae 0,51 persen.
Permintaan Domestik Tinggi
Lebih lanjut, Edy menyampaikan pertumbuhan industri pengolahan tadi didukung oleh permintaan domestik yang juga meningkat. Mulai dari industri makanan-minuman, industri logam dasar, hingga industri kimia, farmasi, dan obat tradisional.
Industri makanan minuman tumbuh sebesar 5,53 persen didukung oleh peningkatan permintaan domestik untuk produk makanan dan minuman seiring dengan adanya momen Idul Fitri dan Idul Adha serta panen raya padi yang mendorong dari sisi penyediaan, paparnya.
Sedangkan, industri logam dasar tumbuh 18,07 persen dodorong oleh peningkatan permintaan luar negeri seperti produk besi dan baja serta konsumsi baja nasional.
Industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh 8,01 persen sejalan dengan peningkatan permintaan domestik dan luar negeri, sambungnya.