Jakarta Program Tol Laut yang diinisiasi oleh pemerintah Indonesia tidak hanya berhasil menciptakan pemerataan distribusi logistik di wilayah Timur Indonesia, tetapi juga menjadi angin segar bagi sejumlah daerah untuk meningkatkan perekonomian mereka.
Menurut Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, hal ini terlihat dari Merauke yang dulunya hanya menjadi titik singgah, kini menjadi produsen beras yang berkontribusi signifikan mengisi angkutan balik sekaligus mendongkrak perekonomian daerah tersebut.
“Contohnya di Merauke, dulu hanya jadi titik singgah Tol Laut. Sekarang dia jadi produsen beras. Hampir seluruh Papua itu dicover dari Merauke, ini yang akan kita kembangkan di titik singgah lain,” jelas Budi dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) dengan tema 10 ‘Tahun Menghubungkan Indonesia untuk Pemerataan dan Keadilan’. Senin (30/9/2024).
Perubahan status Merauke dari titik singgah menjadi produsen beras bukan terjadi secara instan. Peran aktif dari pemerintah daerah (Pemda) dan masyarakat setempat menjadi kunci utama dalam memanfaatkan angin segar kehadiran Tol Laut. Pemda diharapkan proaktif untuk mendorong masyarakat agar memproduksi komoditas yang dapat dimanfaatkan sebagai muatan balik ke wilayah Barat.
Menhub mengatakan, transformasi tersebut membuktikan bahwa kehadiran Tol Laut bukan sekadar infrastruktur penghubung, melainkan pemicu pertumbuhan ekonomi daerah.
“Program ini memberikan angin segar bagi daerah-daerah yang selama ini mengalami disparitas harga bahan pokok karena kendala logistik,” katanya.
Sejak diluncurkan pada 2015, Tol Laut telah mengalami banyak perkembangan, baik dari segi trayek, armada, maupun dampaknya terhadap perekonomian daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan perbatasan (3TP). Di awal peluncurannya, program ini hanya melayani 11 trayek dengan subsidi penuh dari pemerintah. Namun kini, jumlah trayek telah berkembang pesat menjadi 39 trayek.
Pemerintah menetapkan wilayah Timur menjadi prioritas program Tol Laut berdasarkan kondisi perekonomian yang masih memerlukan dukungan. Dengan memilih titik-titik di wilayah 3TP yang memiliki kondisi ekonomi kurang berkembang dan disparitas harga bahan pokok yang tinggi, program ini dapat memberikan dampak nyata.
“Presiden mengintervensi, bahwa logistik di daerah timur itu belum maksimal. Dengan dasar itu, ada inisiasi untuk menghubungkan dari Barat ke Timur melalui infrastruktur konektivitas yang murah, jelasnya.