Jakarta – Persaingan antara emas dan Bitcoin sudah bertahun-tahun menjadi topik hangat di industri jasa keuangan. Keduanya memiliki daya tarik tersendiri bagi investor, tetapi merepresentasikan pendekatan yang sangat berbeda dalam hal pelestarian kekayaan dan pertumbuhan modal.Â
Kedua aset ini dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tetapi dengan cara yang sedikit berbeda. Nilai emas secara historis terkait dengan kemampuannya melindungi nilai dari depresiasi mata uang dan inflasi.Â
Di sisi lain, Bitcoin sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap emisi mata uang fiat yang tidak terkendali karena pasokannya tetap dan hanya 21 juta koin. Namun, sejarah Bitcoin yang lebih pendek menjadikan aset ini kurang dapat diprediksi dalam peran lindung nilai dibandingkan emas.
Melansir catatan Octa, Minggu (15/9/2024), emas dan Bitcoin memiliki respons berbeda terhadap peningkatan risiko global, termasuk konflik geopolitik dan resesi ekonomi.Â
Ketika stabilitas global terganggu, emas cenderung naik. Sementara Bitcoin yang sering berkorelasi dengan indeks Amerika Serikat (AS) seperti S&P 500 dan NASDAQ, cenderung menurun.Â
Lantaran Bitcoin dianggap sebagai aset berisiko tinggi dengan imbalan yang juga tinggi, dan biasanya dijual terlebih dahulu ketika sentimen risk-off menghantam pasar.Â
Investor kemudian mengalihkan dana ke aset yang lebih dapat diandalkan dan tidak terlalu volatil. Hubungan ini terlihat jelas pada Agustus 2024, ketika emas naik 2,2 persen sementara harga Bitcoin turun 8,5 persen. Namun, Bitcoin mengungguli emas sejak awal tahun dengan kenaikan 44 persen.