Jakarta Indonesia terus menghadapi tantangan besar dalam sektor pertanian di tengah perubahan iklim, gejolak ekonomi global, alih fungsi lahan dan peningkatan kebutuhan pangan akibat pertumbuhan populasi.
Dalam menjawab tantangan tersebut, intercropping padi gogo di lahan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) menjadi salah satu solusi inovatif untuk mendukung swasembada beras. Inovasi tersebut dibahas dalam Seminar Nasional ‘’Potensi Intercropping Padi Gogo di lahan PSR untuk Mendukung Swasembada Beras’’ yang dilaksanakan di Bogor.
Institut Pertanian Bogor (IPB University) telah mengembangkan varietas unggul padi gogo, yakni IPB 9 Garuda, yang memiliki produktivitas tinggi hingga 11,3 ton per hektare gabah kering panen (GKP).
Varietas ini telah terbukti sukses di Kampung Inovasi Subang dengan penerapan teknologi modern seperti sistem produksi padi sawah cerdas, deteksi pintar kesehatan padi dan layanan pintar pemupukan serta irigasi. Ekstensifikasi lahan untuk menanam padi gogo menjadi sangat mendesak sebagai kompensasi hilangnya sawah produktif di Pulau Jawa, memenuhi kebutuhan stok beras nasional, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
Lahan PSR memiliki potensi besar untuk mendukung program ini, terutama pada tanaman sawit usia TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) hingga tiga tahun pertama. Dengan luas PSR yang diproyeksikan mencapai 400 ribu hektar per tahun pada 2025- 2031, intercropping padi gogo di lahan tersebut dapat berkontribusi pada produksi beras lebih dari 1,8 juta ton per tahun. Hal ini menjadikannya sebagai langkah strategis dalam mengamankan ketahanan pangan Indonesia di masa depan.
Dalam seminar tersebut, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, menyampaikan bahwa pemanfaatan lahan sawit PSR untuk intercropping padi gogo adalah inovasi strategis. Hal ini sejalan dengan komitmen PTPN dalam mendukung swasembada pangan nasional, sekaligus mengoptimalkan lahan perkebunan rakyat secara berkelanjutan.
“Program pendanaan melalui Dana Peremajaan Sawit Rakyat (BPDPKS) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah akan membantu petani dalam menjalankan program ini,” kata Ghani, Kamis (21/11/2024).
Keberhasilan program ini memerlukan kolaborasi lintas sektor, termasuk dukungan dari penyedia benih, pupuk, teknologi, hingga off-takers seperti BULOG. Selain itu, diperlukan regulasi yang memfasilitasi implementasi tanaman sela padi gogo pada lahan PSR, termasuk stabilitas harga gabah dan subsidi pupuk. Dukungan kelembagaan seperti revitalisasi koperasi petani dan legalitas lahan juga sangat penting.