Jakarta – Pemerintah Jepang pada Jumat, 22 November 2024 akanmenandatangani stimulus senilai USD 140 miliar atau sekitar Rp 2.229 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 15.921). Stimulus ini untuk memberikan lebih banyak uang ke konsumen setelah hasil pemilu terburuk partai yang berkuasa dalam 15 tahun.
Dalam pemilihan umum pada 27 Oktober, para pemilih yang marah atas korupsi di Partai Demokrat Liberal (LDP) dan inflasi, kehilangan mayoritas di majelis rendah parlemen dari koalisi Perdana Menteri baru Shigeru Ishiba. Demikian mengutip Channel News Asia, Jumat (22/11/2024).
Juru Bicara Pemerintah Yoshimasa Hayashi menuturkan, paket stimulus itu dilaporkan senilai 21,9 triliun yen atau USD 141,8 miliar akan disetujui oleh kabinet Ishiba.
Paket tersebut akan berdampak pada bisnis sekitar 39 triliun yen dan pengeluaran akan bertambah yang memberikan dukungan untuk paket itu, akan menjadi 13,9 triliun yen,” ujar dia.
“Kami bertujuan untuk keluar dari gaya ekonomi pemotongan biaya, dan beralih ke penciptaan ekonomi bernilai tambah tinggi,” ia menambahkan.
Paket ini mencakup subsidi energi dan bahan bakar serta pemberian uang tunai hingga 30.000 yen untuk rumah tangga berpendapatan rendah di ekonomi terbesar keempat di dunia.
Untuk membiayai paket itu, yang kedua dalam beberapa tahun, pemerintah akan mengajukan tambahan anggaran pada akhir tahun di majelis rendah.
Untuk mendapatkan dukungan yang cukup dari anggota parlemen, Ishiba setuju untuk memasukkan pencabutan ambang batas pajak penghasilan yang didorong oleh Partai Demokrat untuk Rakyat (DPP) yang beroposisi.
Partai yang lebih kecil mengatakan hal ini akan meredakan kekurangan tenaga kerja dan meningkatkan belanja konsumen dengan mendorong staf paruh waktu untuk bekerja lebih lama dan mendapatkan lebih banyak upah.