Jakarta – Korea Selatan mengalami krisis politik terbesar dalam beberapa dekade. Hal itu dipicu deklarasi darurat militer yang berlangsung singkat pada Desember 2024 oleh Presiden Yoon Suk Yeol saat itu. Namun, ia akhirnya dimakzulkan.
Mengutip Forbes, kekacauaan itu dan tarif dagang Amerika Serikat (AS) berdampak pada indeks acuan Kospi yang turun 15% sejak 12 bulan lalu.
Kekayaan bersih kolektif dari 50 orang terkaya di Korea Selatan turun menjadi USD 99 miliar atau sekitar Rp 1.666,43 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap  rupiah di kisaran 16.831) dari USD 115 miliar atau sekitar Rp 1.935,90 triliun pada tahun lalu.
Kekayaan 32 orang yang masuk daftar orang terkaya menurun, termasuk kekayaan pakar private equity Michael Kim yang merebut kembali posisi pertama. Hal ini terjadi setelah jeda satu tahun meski kekayaan Michael Kim turun sedikit menjadi USD 9,5 miliar atau sekitar Rp 159,93 triliun. MBK Partners miliknya menjadi sorotan setelah jaringan hypermarket Homeplus yang terlilit utang mengalami kesulitan keuangan dan mengajukan rehabilitas perusahaan.
Kekayaan executive chairman Samsung Electronics Jay Y. Lee turun USD 3,7 miliar menjadi USD 7,8 miliar atau sekitar Rp 131,31 triliun.
Peraih keuntungan terbesar dolar AS pada 2025 adalah pimpinan Meritz Financial Group Cho Jung-ho yang kekayaannya melonjadi USD 1,5 miliar menjadi USD 7,7 miliar atau sekitar Rp 129,62 triliun.
Posisi Cho Jung-ho naik satu peringkat sehingga menjadi orang terkaya ketiga di Korea Selatan. Perseroan Meritz Financial yang dipimpin Cho Jung-ho melaporkan rekor laba bersih sebesar 2,3 triliun won atau USD 1,6 miliar (Rp 26,93 trilin) pada 2024, seiring penggabungan atau merger unit asuransi dan sekuritasnya.
Orang terkaya lain yang terdampak adalah Chairman dan CEO Hanmi Semiconductor Kwak Dong Shin. Kekayaan Kwak Dong Shin turun menjadi USD 1,25 miliar atau sekitar Rp 20,70 triliun.