Jakarta – Petugas pemadam kebakaran berusaha mengendalikan kobaran api yang melanda Los Angeles sebelum hembusan angin kencang mengancam laju api.
Kebakaran yang mungkin menjadi yang termahal dalam sejarah Amerika Serikat (AS) itu telah menewaskan sedikitnya 24 orang, membuat ribuan orang mengungsi, menghancurkan lebih dari 12.000 bangunan dan membuat 100.000 orang harus dievakuasi.
Mengutip the Guardian, ditulis Selasa (14/1/2025), Badan Pemerintah belum memberikan perkiraan awal kerusakan, tetapi AccuWeather, sebuah perusahaan yang sediakan data mengenai cuaca dan dampaknya perkirakan kerusakan dan kerugian ekonomi mencapai USD 250 miliar-USD 275 miliar. Jumlah itu setara Rp 4.069,45 triliun-Rp 4.476 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 12.277).
Layanan cuaca nasional mengeluarkan peringatan langka mengenai “situasi yang sangat berbahaya” terkait dengan kondisi kebakaran parah yang dimulai pada Senin malam hingga Selasa.
Adapun angin kencang Santa Ana sebagian besar disalahkan karena mengubah kebakaran hutan menjadi kobaran api yang hancurkan seluruh lingkungan di dalam dan sekitar Los Angeles, di mana tidak ada curah hujan yang signifikan lebih dari delapan bulan.
Selain itu, peramal cuaca menuturkan, angin kencang dengan kecepatan hingga 40 mph (64km/h) dan hembusan angin di pegunungan yang mencapai 65 mph (105km/jam) akan terjadi hingga Rabu. Analis perilaku kebakaran Dennis Burns menuturkan, angin bertiup kencang pada Senin, dan diperkirakan menguat pada Selasa pekan ini.
Saat Los Angeles menahan nafas untuk antisipasi angin kencang lainnya, semakin banyak cerita tentang korban yang kehilangan nyawa, warga yang rumahnya hancur dan bangunan serta bisnis bersejarah yang terbakar.