Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) China mendesak Amerika Serikat (AS) untuk “segera membatalkan” tindakan tarif sepihaknya dan berjanji mengambil “tindakan balasan yang tegas’ untuk melindungi hak dan kepentingannya sendiri. Hal ini setelah Presiden AS Donald Trump mengungkapkan apa yang digambarkan oleh analis sebagai kenaikan tarif paling tajam dalam satu abad.
AS telah menarik apa yang disebut tarif resiprokal atau tarif timbal balik berdasarkan penilaian subjektif dan sepihak, yang bertentangan dengan aturan perdagangan internasional dan secara serius merusak hak dan kepentingan yang sah dari pihak-pihak terkait,” ujar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China dikutip dari CNBC, Kamis (3/4/2025).
Pejabat China itu menggambarkan keputusan pemerintahan Trump mengenakan tarif timbal balik sebagai “praktik intimidasi sepihak yang khas”. Selain itu, banyak negara telah menyatakan ketidakpuasan yang kuat dan penentangan yang jelas.
Pernyataan itu muncul setelah Donald Trump mengenakan tarif yang tinggi pada banyak negara termasuk 34 persen pada China, 20 persen kepada Uni Eropa, 46 persen kepada Vietnam dan 32 persen untuk Taiwan.
Tarif itu akan menjadi tambahan dari tarif 20 persen yang berlaku saat ini atas impor AS dari China, sehingga total tarif efektif menjadi 54 persen, efektif mulai 9 April, mendekati janji kampanye Trump untuk tarif 60 persen.
Estimasi awal mengindikasikan tindakan menyeluruh tersebut dapat menaikkan rata-rata tarif AS ke tingkat yang tidak pernah terlihat sejak awal abad ke-20,” ujar APAC Chief Market Strategist JPMorgan Asset Management, Taui Hui.
Ia juga mengingatkan pengumuman kebijakan perdagangan dapat membebani pertumbuhan global.