Jakarta Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi merilis buku biografi tentang perjalanan hidupnya. Dia mengakui sempat menolak penulisan buku karena merasa belum pantas.
Buku berjudul \’BKS: Dari Underdog Jadi Menteri\’ itu mengisahkan perjalanan Menhub Budi Karya sejak masa-masa di kota kelahirannya Palembang. Tak lupa, turut mengulas ketika Budi Karya kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), serta berkarir sebagai Menteri Perhubungan.
Dia bilang beberapa pihak telah menawarkan pembuatan buku. Namun belum diterima karena dia merasa tidak pantas memiliki buku biografi sendiri.
“Saya belum \’sreg\’. Bukan apa-apa. Saya merasa perjalanan hidup saya belum cukup berwarna untuk ditulis. Begitu pula apa yang sudah saya kerjakan sebagai Menteri Perhubungan, ujar Menhub Budi, mengutip keterangan resmi, Rabu (9/10/2024).
Dia mengisahkan kembali ketika akhirnya sepakat untuk dibuatkan buku biografi. Salah satunya karena dorongan dari keluarga terdekatnya.
Adalah istri saya Endang Sri Hariatie yang akrab dipanggil Tutut, yang kemudian memotivasi untuk menuliskan kisah perjalanan hidup saya, juga untuk menjadi pembelajaran bagi anak kami, Bambina Ayudia,” jelasnya.
Menhub berharap, buku ini dapat membuka jendela dan menginspirasi pembaca terkait tantangan membangun transportasi, konektivitas, serta visi untuk menjawabnya.
“Saya harap pengalaman yang kami tulis ini bermanfaat bagi generasi penerus guna membangun dunia transportasi Indonesia,” ujar Menhub.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang hadir menjadi pembicara kunci mengatakan, dirinya memiliki banyak kenangan dengan Menhub. Mulai dari menyelesaikan kereta cepat, Flight Information Region (FIR) Indonesia dan Singapura, serta tol laut.
“Jalannya panjang sekali, saya kira berhasil. Bagaimana kita menyelesaikan kereta cepat yang orang-orang pesimis, tapi dengan kerja tim yang bagus dengan Pak BKS kita selesaikan. Juga mengenai FIR Indonesia-Singapura yang kita selesaikan dalam satu setengah tahun. Keberanian pengambilan keputusan yang harus tuntas,” ujar Menko Luhut.