Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, Indonesia dan Turki perlu perkuat kerja sama ekonomi di tengah ketidakpastian global.
Indonesia dan Turki perlu memperkuat kerja sama ekonomi serta melihat potensi yang masih sangat besar antara kedua negara, di tengah ketidakpastian global dan tren proteksionisme yang baru saja dilakukan oleh Amerika Serikat, kata Menko Airlangga saat mewakili Presiden Republik Indonesia memberi sambutan utama pada Turkiye-Indonesia CEO Roundtable Meeting, seperti dikutip dari laman ekon.go.id, Jumat (11/4/2025).
Indonesia dan Turki memiliki fundamental ekonomi relatif stabil dengan konsumsi domestik cukup tinggi. Pada 2025 menandai 75 tahun kerja sama bilateral Indonesia dan Turki, untuk itu kerja sama tahap lanjutan menjadi suatu keharusan bagi kedua negara.
Perdagangan kedua negara pada 2024 sekitar USD2,4 miliar, dan ditargetkan oleh kedua Kepala Negara untuk mencapai hingga USD10 miliar. Untuk itu, percepatan dan implementasi dari limited preferential trade agreement menjadi suatu keharusan. Melalui perjanjian perdagangan ini, kedua negara dapat fokus pada beberapa produk utama untuk dibebaskan, baik secara tarif maupun non-tarif, dengan waktu negosiasi yang relatif lebih cepat.
Turki melihat Indonesia sebagai mitra utama dan hub bagi perdagangan di kawasan ASEAN, kata Deputi Menteri Perdagangan Turki Ozgur Volkan Agar.
Turki telah memiliki kerja sama perdagangan bebas dengan Malaysia dan Vietnam sehingga sudah menjadi keharusan bahwa limited preferential trade agreement segera diselesaikan, sejalan dengan mandat kedua negara. Di sisi lain, Indonesia juga dapat melihat Turki sebagai hub untuk masuk pada pasar Uni Eropa dan mendukung percepatan penyelesaian perundingan Indonesia-Uni Eropa CEPA.
Ada potensi produk pertanian Turki untuk bisa masuk ke pasar Indonesia, dan sebaliknya Turki juga terbuka terhadap ekspor produk pertanian dan kehutanan Indonesia ke pasar Turki, jelas Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki Ibrahim Yukmali.