Jakarta – Dengan sejumlah downside risks yang ada, pertumbuhan ekonomi global pada 2024 yang diprediksi oleh berbagai lembaga internasional seperti IMF, OECD, dan World Bank akan berada pada kisaran 2,6% hingga 3,2%. Pada 2025, diperkirakan tidak jauh berbeda yakni berada pada kisaran 2,7% hingga 3,2%.
Sementara itu, perekonomian Indonesia masih memiliki peluang yang dapat dimanfaatkan melalui pertumbuhan volume ekspor negara berkembang yang diproyeksikan akan meningkat dari 3,7% pada tahun ini menjadi 3,9% pada 2025.
Permintaan domestik juga masih memiliki prospek kuat, tercermin dari PMI Manufaktur (50,7) yang ekpansif, Indeks Keyakinan Konsumen (123,3) yang terus optimis, serta Indeks Penjualan Riil (232,8) yang kembali tumbuh positif 4,4% (yoy).
Capaian perekonomian hingga triwulan I 2024 menjadi modal memperkuat fondasi transformasi ekonomi ke depan. Namun, untuk bisa keluar dari middle income trap dan mencapai visi Indonesia Emas 2045, pertumbuhan ekonomi sebesar 5% belum cukup, sehingga harus bisa didorong di kisaran 6%-7% disertai investasi yang tumbuh sekitar 6,8% hingga dua dekade mendatang, ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan sambutan dalam acara BJ Habibie Memorial Lecture bertema “Peran Iptek, Inovasi dan Sektor Lain dalam Menuju Indonesia Emas 2045” di Jakarta, Selasa (23/7/2024) seperti dikutip dari keterangan resmi.
Menko Airlangga mengatakan terdapat tiga mesin ekonomi yang harus dimaksimalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menuju visi Indonesia Emas 2045. Pertama, mesin ekonomi konvensional yang telah ada, antara lain infrastruktur, perdagangan, manufaktur, dan pertanian, yang harus direvitalisasi dan ditingkatkan kapasitasnya melalui investasi dan perluasan akses pasar.