Jakarta – Miliarder India sekaligus orang terkaya di Asia, Gautam Adani menghadapi tuduhan korupsi dan suap di Amerika Serikat (AS).
Mengutip BBC, Jumat (22/11/2024) Adani dituduh mengatur skema suap senilai USD 250 juta atau sekitar Rp 3,9 triliun dan menyembunyikannya untuk mengumpulkan uang di negara itu.
Sang miliarder dan para eksekutifnya, dituduh membayar suap kepada pejabat India untuk mengamankan kontrak senilai USD 2 miliar atau Rp.31,8 triliun dalam bentuk keuntungan selama 20 tahun. Pihak Adani Group telah membantah tuduhan tersebut, menyebutnya tidak berdasar.
Namun, kasus ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak kerugian pada ekonomi India.
Perusahaan-perusahaan Adani Group kehilangan nilai pasar sebesar USD 34 miliar (Rp 540,8 triliun) pada Kamis menyusul kabar tuduhan korupsi, mengurangi kapitalisasi pasar gabungan dari 10 perusahaannya menjadi USD 147 miliar (Rp 2,3 kuadriliun).
Adani Green Energy, yang merupakan perusahaan yang menjadi pusat tuduhan tersebut, juga mengatakan tidak akan melanjutkan penawaran obligasi senilai USD 600 juta (Rp 9,5 triliun).
Diketahui, perekonomian India sangat terkait erat dengan Adani, taipan infrastruktur terkemuka di negara tersebut. Ia mengoperasikan 13 pelabuhan (30% pangsa pasar), tujuh bandara (23% dari lalu lintas penumpang), dan bisnis semen terbesar kedua di India (20% dari pasar).
Dengan enam pembangkit listrik tenaga batu bara, Adani adalah pemain swasta terbesar di India dalam bidang kelistrikan.
Pada saat yang sama, ia telah berkomitmen untuk menginvestasikan USD 50 miliar (Rp 7,9 kuadriliun) dalam hidrogen hijau dan mengoperasikan jaringan pipa gas alam sepanjang 8.000 km (4.970 mil). Ia juga membangun jalan tol terpanjang di India dan membangun kembali daerah kumuh terbesar di negara itu.
Ambisi global Adani mencakup tambang batu bara di Indonesia dan Australia, proyek bandara dan energi di Kenya dan Maroko. Grup tersebut juga mengincar lebih dari satu miliar dolar dalam proyek infrastruktur di Tanzania dan Kenya.