Jakarta – Mitra pengemudi ojek online (ojol) dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satunya terkait potongan tarif biaya aplikasi yang disebut bisa mencapai 40 persen dari ongkos yang dibayarkan penumpang.
Gejolak potongan biaya aplikasi ojol ini telah menjadi sorotan sejak beberapa waktu lalu. Sejumlah pengemudi ojol bahkan menggelar aksi demonstrasi pada Agustus 2024.
Langkah itu kembali ramai pada awal 2025 ini. Namun, masih belum menghadapi titik terang hingga saat ini. Ketua Umum Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI), Lily Pujiati mengatakan, mitra pengemudi ojol bahkan ada yang mendapat potongan dengan total 40 persen.
Masih paling rendah 20 persen, bisa mencapai 40 persen, kata Lily kepada www.wmhg.org, Rabu (19/2/2025).
Dia menjelaskan seharusnya aplikator tidak lagi perlu mengambil keuntungan dari potongan biaya itu. Menurut dia, aplikator sudah untung dari adanya iklan restoran yang tergabung.
Seharusnya tidak ada karena aplikator sudah dapat dari biaya layanan iklan dari resto dari jual jaket dan helm, ungkapnya.
Dia menuntut ketegasan pemerintah soal kepastian potongan tarif biaya aplikasi tadi. Lily menilai pemerintah tidak serius memperhatikan kebutuhan mitra pengemudi ojol. Dia mengaku telah menghadap Kementerian Perhubungan dan Kementerian Komunikasi dan Digital perihal ini, namun belum ada titik terang.
Yang pasti keseriusan pemerintah untuk membuat regulasi tidak ada. Sudah kami lakukan hasilnya nol janji yang tidak pasti, tegas dia.