Jakarta – Ekonomi Taiwan diperkirakan akan tumbuh lebih lambat pada tahun 2025, akibat turbulensi dari tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, serta pemotongan anggaran yang diberlakukan parlemen.
Pemerintahan Trump telah mengumumkan tarif yang luas yang memengaruhi momentum perdagangan global dan mendorong tekanan inflasi, serta mengintensifkan ketidakpastian ekonomi, kata Direktorat Jenderal Anggaran, Akuntansi, dan Statistik Taiwan dalam keterangannya, dikutip dari US News, Kamis (27/2/2025).
Taiwan diyakini akan melihat tekanan pada ekonomi karena ekspornya akan terpengaruh oleh tarif impor mulai kuartal ketiga atau keempat 2025.
Produk domestik bruto Taiwan tahun ini diperkirakan akan mencapai 3,14%, kata badan tersebut, revisi turun dari perkiraan 3,29% yang dikeluarkan pada November 2024 lalu.
Angka tersebut juga lebih rendah dari tingkat pertumbuhan 4,59% untuk tahun 2024.
Badan statistik Taiwan juga mengatakan pemotongan anggaran yang diberlakukan oleh parlemen akan mengurangi pertumbuhan ekonomi tahun ini mengingat lebih sedikit investasi dan pengeluaran pemerintah.
Namun, ekspor Taiwan tahun ini diperkirakan tumbuh 7,08%, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,98%.
Selain itu, Badan statistik Taiwan juga menaikkan perkiraan indeks harga konsumen (CPI) 2025 menjadi 1,94% dari 1,93%.
Sebagai informasi, Taiwan merupakan mata rantai utama dalam rantai pasokan teknologi global untuk perusahaan-perusahaan seperti Apple Inc dan Nvidia.
Kota tersebut juga merupakan pusat bagi pembuat chip kontrak terbesar di dunia, Taiwan Semiconductor Manufacturing Co Ltd (TSMC). Presiden AS Donald Trump telah mengajukan usulan tarif minimum 25% untuk chip.
Taiwan telah menanggapi tarif tersebut dengan pendekatan diplomatik dan berencana untuk membahas investasi chip di Amerika Serikat, yang dikenal sebagai tujuan ekspor terbesar kedua Taiwan setelah China.