Jakarta Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, berkomitmen untuk terus menindak oknum mafia tanah. Dengan cara memberikan efek jera dalam bentuk pemiskinan.
Menurut dia, sanksi pemiskinan jadi opsi terbaik guna menindak aksi mafia tanah. Dalam hal ini, ia turut menyinggung aksi pemberantasan korupsi yang tidak semuanya bisa ditindak lewat aksi penangkapan.
Adapun sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto sempat menyatakan bakal memberikan pengampunan bagi koruptor, bila hasil curiannya dikembalikan ke negara.
Kita tetap ada penindakan (buat mafia tanah), dengan cara efek jera proses pemiskinan kepada mereka. Itu sudah ada sinyal yang baik. Pelakunya sudah diproses TPPU. Artinya udah mulai pailit, dan ini skema baik, supaya ada efek jera, ujar Nusron Wahid di sesi media gathering akhir tahun bersama Kementerian ATR/BPN, Jakarta, Selasa (31/12/2024).
Sama halnya dengan strategi pemberantasan korupsi, enggak mungkin kita menangkap koruptor semua. Penuh itu penjara jadinya. Tetap yang paling penting adalah edukasi supaya orang tidak melakukan tindakan korupsi, tegas dia.
Namun, Nusron menekankan, opsi utama dalam upaya memberantas mafia tanah yakni dengan memperkuat benteng dari sisi internal. Utamanya di lingkup Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah (PHPT), serta Ditjen Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang (SPPR).
Bentengnya dari mana, bentengnya adalah tim dari BPN. BPN-nya itu dari mana, di dua tempat penguatannya. Pertama tim pendaftaran (PHPT), kedua adalah SPPR, papar Nusron.
Sepintar-pintarnya mafia tanah, kalau timnya kuat, maka tidak akan bobol. Karena kunci dari mafia tanah itu ending-nya adalah dia berusaha untuk menduduki tanah dan mensertifikasi tanah, dia menambahkan.
Bahkan jika sisi internal sudah kuat, ia mengklaim Kementerian ATR/BPN tak lagi perlu adanya Direktorat Jenderal Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan.
Tapi faktanya memang hari ini sengketa itu masih tinggi. Kita lihat tahun ini sekitar 5.000 (kasus) lebih, bahkan pernah 6.000 kalau kita lihat dalam data 5 tahun terakhir ini, imbuh Nusron Wahid.