Jakarta Petrokimia Gresik telah merumuskan dan menjalankan strategi bisnis yang inovatif dan berkelanjutan. Strategi hilirisasi Petrokimia Gresik dinilai mampu mendorong pertumbuhan perusahaan serta memberikan dampak positif bagi industri dan perekonomian nasional.
Petrokimia Gresik bertransformasi dari Single Industry Firm menjadi Related Diversified Industry. Strategi ini tentu dilakukan dengan meneruskan hilirisasi produk. Ke depan kami juga memperkuat industri hilir dan sekaligus menjadi masa depan baru bagi Petrokimia Gresik. Yakni dengan mengoptimalkan pemanfaatan produk samping menjadi produk baru yang memiliki added value untuk mendukung industri lain, ungkap Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo dikutip Minggu (23/3/2025).
Strategi hilirisasi sudah dijalankan Petrokimia Gresik sejak beberapa tahun terakhir. Petrokimia Gresik telah memproduksi green surfaktan yang dapat digunakan di sektor minyak dan gas (migas) untuk meningkatkan produksi lapangan minyak tua melalui teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery).
Petrokimia Gresik juga akan memulai pembangunan pabrik Soda Ash di tahun 2025. Pabrik Soda Ash ini, ungkap Dwi Satriyo, akan menjadi penopang penting dalam mendukung tumbuh kembangnya industri kaca dan deterjen dalam negeri. Apabila pabrik Soda Ash beroperasi sesuai target 2028, akan memberikan revenue sebesar Rp1,6 triliun.
Berikutnya, Petrokimia Gresik juga mendukung Pupuk Indonesia dalam pengembangan green hydrogen dan green ammonia. Petrokimia Gresik menjadi tempat pembangunan pabrik green hydrogen dan green ammonia karena memiliki potensi sumber energi bersih dari PLTS dan PLTB dengan kapasitas maksimum 200 MW yang menghasilkan green hydrogen yang kemudian dikonversi menjadi green ammonia di Petrokimia Gresik.
Melalui program hilirisasi ini, diharapkan Petrokimia Gresik akan semakin mampu melaksanakan tugas pokok sebagai salah satu penopang ketahanan pangan nasional, dan di saat yang sama dapat memperkuat industri nasional sebagai penggerak ekonomi nasional, tandas Dwi Satriyo.