Jakarta Pasca pandemi Covid-19, pasar properti Bali mampu bangkit melebihi ekspektasi semua orang. Saat ini, pembangunan properti di Pulau Dewata terlihat masif dan mampu menarik minat investor lokal maupun Internasional.
Data Kantor Pariwisata Provinsi Bali menyebut, Pulau Seribu Pura ini merupakan destinasi liburan ikonik di Indonesia, yang dikunjungi 6,3 juta wisatawan asing di sepanjang tahun 2024. Angka kunjungan ini naik 19,5% secara tahunan, bahkan melampaui tingkat kunjungan sebelum pandemi. Di tahun 2025 ini, Bali diprediksi akan kedatangan tak kurang dari 6,5 juta wisatawan mancanegara.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjokorda Bagus Pemayun, turis mancanegara asal Australia, India, dan Tiongkok menjadi yang paling banyak berkunjung ke Bali selama tahun 2024 lalu.
Di mata wisatawan internasional, Bali pun makin populer dan diminati. Di tahun 2025 ini, Bali meraih predikat sebagai The Most Beautiful Island in Asia dalam ajang Readers\’ Choice Awards yang dihelat majalah Amerika Condé Nast Traveler.Â
Tak hanya itu, belum lama ini Bali juga menempati posisi kedua sebagai destinasi paling diminati di dunia—dua tahun berturut-turut—dari Traveler’s Choice Awards 2025 yang diadakan TripAdvisor. Sementara di Asia, Bali menempati peringkat teratas sebagai destinasi paling diminati di 2025.
Penilaian untuk penghargaan tahunan ini berdasarkan pada destinasi, hotel, pantai, dan objek wisata paling populer di dunia, yang menerima banyak ulasan dan opini luar biasa dari komunitas TripAdvisor dalam periode 12 bulan.
Ecoverse Jawab Tren Sustainability di Bali
Dengan melonjaknya popularitas Pulau Dewata sebagai tujuan wisata dunia, ada satu tren baru yang muncul seiring dengan booming-nya pasar properti Bali, yakni meningkatnya jumlah pembeli yang mencari sustainability housing.
Data konsultan properti Knight Frank menunjukkan bahwa penjualan properti ramah lingkungan telah meningkat dalam dua tahun terakhir. Properti hemat energi juga dianggap memiliki nilai investasi jangka panjang yang lebih baik, karena dapat mengurangi biaya operasional, seperti penggunaan listrik dan air.
Inisiatif ini dinilai tidak hanya meningkatkan daya tarik properti, tetapi juga membantu mengurangi emisi karbon. Hal ini pun sejalan dengan target pemerintah untuk mengurangi jejak karbon (carbon footprint) secara nasional.
Knight Frank mencatat, lebih dari 60% generasi milenial memilih rumah berdasarkan faktor keberlanjutan, yang mencerminkan pergeseran besar dalam preferensi pasar dibandingkan dengan dekade sebelumnya