Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan terus melemah pada 2025. Meski demikian, situasi pelemahan nilai tukar rupiah justru dapat menjadi peluang menguntungkan bagi beberapa pihak.
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengonfirmasi bahwa pelemahan rupiah bisa memberikan keuntungan bagi investor valuta asing (valas).
Bisa dikatakan demikian, pelemahan rupiah dapat menguntungkan orang yang menyimpan dolar AS, ujar Lukman kepada www.wmhg.org, Senin (23/12/2024).
Namun, di sisi lain, melemahnya rupiah justru menjadi ancaman bagi para eksportir. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan Presiden AS terpilih, Donald Trump, kembali menerapkan kebijakan proteksionisme perdagangan internasional.
Biasanya, pelemahan mata uang lokal menguntungkan eksportir. Tetapi, dengan adanya proteksionisme, justru eksportir yang akan dirugikan, jelas Lukman.
Faktor Eksternal dan Internal
Senada dengan Lukman, pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan bahwa pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih sangat mungkin terjadi.
Faktor eksternal, seperti konflik geopolitik dan kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), akan menjadi pengaruh besar.
Tahun depan, pergerakan USD-IDR masih cukup volatil. Kita akan melihat dampak kebijakan Trump, apakah akan memicu perang dagang baru yang melemahkan rupiah. Selain itu, keputusan The Fed, apakah melanjutkan penurunan suku bunga atau menundanya, serta perkembangan perang Rusia-Ukraina dan konflik lainnya juga akan memengaruhi, paparnya kepada www.wmhg.org.
Selain faktor global, kebijakan Pemerintah RI juga diprediksi akan memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Dari sisi internal, kenaikan tarif PPN menjadi 12 persen pada 2025 juga akan berdampak, pungkas Ariston.