Jakarta – Sistem kerja fleksibel berbasis proyek atau tugas tertentu, yang dikenal sebagai gig economy, semakin diminati di Indonesia. Banyak pekerja kini memilih menjadi freelancer atau pekerja lepas, meninggalkan pekerjaan tetap demi kebebasan waktu dan tempat kerja.
Tren ini tak hanya dipicu oleh kemajuan teknologi, tetapi juga oleh perubahan pola pikir generasi muda yang lebih mengutamakan fleksibilitas dibandingkan stabilitas pekerjaan konvensional.
Namun, di balik peluang besar ini, muncul tantangan baru. Minimnya perlindungan sosial seperti jaminan kesehatan, keselamatan kerja, hingga pensiun menjadi isu utama yang perlu segera diatasi, terutama karena jumlah pekerja freelance diprediksi terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Pekerja lepas lainnya, Fani (25), memutuskan untuk serius menekuni bidang foto dan video grapher. Dia biasa mengerjakan proyek untuk wedding (pernikahan), wisuda dan berbagai event (acara) lainnya. Kini, sudah terhitung dua tahun Fani menjadi full time freelancer.
Dulu freelance hanya buat tambahan, soalnya aku full time desainer grafis di sebuah perusahaan. Pas sudah ada perkembangan lumayan, aku resign dan memutuskan full freelance. Karna juga alat sudah memadai dari hasil full time di perusahaan tersebut, jelas Fani.
Kanal yang kerap menjadi corong Fani untuk menggaet pengguna jasa antara lain Instagram, Tiktok dan Threads. Fani terus terang kalau pekerjaannya juga sedikit banyak mengandalkan bantuan artificial intelegent (AI). Namun teknologi tersebut hanya digunakan untuk fungsi koreksi.
Sejauh ini teknologi yang AI yang aku gunakan hanya hapus object dengan AI dari fitur lightroom, ujar Fani.