Jakarta Kebijakan tarif tinggi yang diterapkan Presiden Donald Trump mengubah lanskap perdagangan global. Dengan pendekatan proteksionis mengggunakan tarif impor ini, Trump berupaya melindungi industri domestik Amerika Serikat dan menekan defisit perdagangan.
Namun, langkah ini justru menuai kritik tajam dari para ekonom karena dianggap mengancam prinsip perdagangan bebas yang selama ini menopang ekonomi dunia.
Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, mengingatkan bahwa kebijakan tarif baru ini menandai berakhirnya era globalisasi berbasis aturan.
Dalam pidato yang disiarkan melalui YouTube dan dikutip CNA, Wong menyebut dunia kini memasuki fase proteksionisme yang berbahaya, terutama bagi negara kecil dan terbuka seperti Singapura.
Kebijakan Trump Menyimpang dari Teori Ekonomi Klasik
Pengamat ekonomi dan hukum perdagangan internasional, Dr. Adiwarman, menilai kebijakan Trump sebagai bentuk penyimpangan ideologis dari prinsip-prinsip ekonomi klasik.
Pasar Amerika kini mengingkari ajaran Adam Smith dan David Ricardo soal perdagangan bebas dan keunggulan komparatif, ujar dosen Universitas Indonesia itu ditulis, Selasa (8/4/2025).
Adiwarman mengingatkan agar negara-negara, termasuk Indonesia, tidak bereaksi secara emosional. Menurutnya, Indonesia harus membawa data valid dan kepentingan nasional yang jelas saat bernegosiasi, terutama pada komoditas seperti baja, karet, tekstil, dan alas kaki.
Ia menyarankan pendekatan ilmiah, bahkan menyebut perlunya kembali pada teori J.H. Boeke tentang ekonomi dualistik untuk memperkuat sektor tradisional dan modern secara bersamaan.