Jakarta – Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri, menyoroti masalah ketenagakerjaan di Indonesia yang masih timpang dengan target pertumbuhan ekonomi tinggi. Lantaran, saat ini masih sangat banyak pekerja dengan gaji di bawah rata-rata upah minimum.
Menurut dia, target pertumbuhan ekonomi nasional dari pemerintah merupakan hal klasik. Yose mengatakan, itu jadi fenomena berulang sejak era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Joko Widodo (Jokowi), hingga Prabowo Subianto.
Saya rasa ini yang perlu kita perbaiki. Pertumbuhan ekonomi itu penting, tapi tak akan jadi perbaikan ekonomi kalau tidak dimanifestasikan pada pembentukan situasi ketenagakerjaan lebih baik, ujar dia dalam sesi focus group discussuon (FGD) bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Jakarta, Rabu (12/3/2025).
Terkhusus pada pemerintahan saat ini, Yose meminta Prabowo tidak hanya berfokus dalam mengejar pertumbuhan ekonomi 8 persen. Yang terpenting, ia menuturkan, menciptakan lapangan kerja berkualitas.
Bisa saja pertumbuhan ekonomi 8 persen, tapi benar-benar hanya didorong oleh sektor-sektor yang bersifat capital intensive (padat modal) yang tidak membuka lapangan kerja berkualitas, singgungnya.
Yose coba membongkar masalah ketenagakerjaan dari beberapa sudut pandag makro ekonomi. Pertama, ia menyoroti jumlah pekerja informal di Indonesia yang terlampau tinggi.
Kenapa jadi permasalahan, disebabkan karena satu, informalitas berikan return atau penghasilan lebih rendah. Kedua, di sektor informal, proteksi terhadap tenaga kerja tidak mencukupi. Lainnya, penghasilan yang mereka dapatkan fluktuasinya tinggi sekali, bebernya.