Jakarta – Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita menilai, kontribusi pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) atau Pilkada serentak terhadap pertumbuhan ekonomi tidak terlalu besar.
Secara fiskal, alokasi belanja pilkada serentak ada kontribusinya (pertumbuhan ekonomi-red), tetapi tidak terlalu signifikan,” ujar dia saat dihubungi www.wmhg.org, Rabu (27/11/2024).
Adapun Kementerian Keuangan menyiapkan dana untuk Pilkada mencapai Rp 37,52 triliun. Dana itu disalurkan melalui Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD).
Ronny mengatakan, sisi lain, penyelenggaraan pilkada serentak memang mendorong konsumsi terutama dari partai politik. Hal ini seiring ada kegiatan kampanye, pembuatan atribut pilkada dan lainnya. Pilkada berimbas terhadap ekonomi baik formal dan informal. Berdampak jangka panjang dan jangka pendek,” ujar dia.
Seiring pelaksanaan pilkada itu, Ronny menuturkan, pertumbuhan ekonomi akan meningkat pada kuartal IV 2024 tetapi kontribusinya tidak signifikan. Namun, belanja konsumsi dari non pemerintah akan meningkat.
“Belanja pemerintah dan investasi akan berkontribusi signifikan pada kuartal IV 2024. Pertumbuhan ekonomi kuartal IV 204 bisa mencapai 5,1 persne-5,2 persen,” ujar dia.
Meski demikian, pelaksanaan pilkada, menurut Ronny akan berdampak signifikan terhadap ekonomi daerah. “Masyarakat daerah terlihat antusias. Di daerah ada kampanye, cukup signifikan euforia pilkada,” kata dia.
Ronny menambahkan, momen Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 juga tidak akan berkontribusi signifikan. Hal ini seiring masyarakat akan menahan belanja seiring pendapatan tidak naik. “(Natal-Tahun Baru) tidak terlalu berpengaruh. Frugal living akan membuat masyarakat tahan belanja dan tidak akan jor-joran,” ujar dia.