Jakarta Harga pangan global baru-baru ini naik ke level tertinggi dalam 18 bulan atau sejak April 2023.
Melansir CNBC International, data terbaru dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan harga pangan dunia telah mencapai level tertinggi sejak April 2023.
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah memperkirakan lonjakan tersebut dapat berdampak pada harga pangan nasional.
“Saya kira akan berdampak, karena saya melihat perubahan harga di tingkat global memberikan pengaruh ke harga nasional,” ungkap Said kepada www.wmhg.org di Jakarta, dikutip Kamis (12/12/2024).
Namun menurutnya, bagi sebagian pihak lonjakan harga pangan global masih bisa menjadi momentum yang bisa dimanfaatkan, salah satunya penguatan produksi di dalam negeri.
“Ketika impor naik, maka ini menjadi momentum untuk meningkatkan produksi dengan harga yang jauh lebih menarik dari produk impor misalnya, maka kita jadi punya daya produksi yang lebih kompetitif, konsumen juga tentu bisa memilih produk dalam negeri,” jelas Said.
Tak hanya produsen, momentum ini juga bisa menjadi peluang bagi petani dalam negeri.
“Berbeda dengan kasus impor yang selama ini terjadi kan, justru harga pangan impor itu jauh lebih rendah dari yang diproduksi dalam negeri. Ini tentu situasi yang amat merugikan bagi petani lokal,” papar Said.
Dia menyoroti salah satu faktor harga produk pangan impor yang begitu murah, yaitu praktek dumping yang diberikan negara asal, seperti pembebasan pajak.
“Ini yang membuat ketika sampai ke Indonesia jauh lebih murah namun itu merugikan petani lokal,” ucapnya.
“Maka harga produk impor naik, menurut saya di satu sisi itu keterjangkauan makin jauh, pada sisi lain menyisakan ruang permintaan yang lebar bagi produk dalam negeri,” sambungnya.