Jakarta – Prospek investasi industri minyak dan gas bumi (migas) Indonesia masih sesuai dengan proyeksi permintaan migas dunia, yang puncaknya akan terjadi pada 2029. Hal ini dinilai akan turut mendukung tercapainya target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen yang dibidik Presiden Prabowo Subianto.
Praktisi minyak dan gas bumi (migas) Hadi Ismoyo mengatakan, cadangan migas di Indonesia masih sangat besar, sekitar 128 Basin Migas atau cekungan migas. Dari jumlah itu, baru 20 cekungan yang sudah berproduksi.
Dari 20 cekungan tersebut sudah dibor dan ada temuan, tapi belum diproduksi sebanyak 8 cekungan. Kemudian cekungan yang mengindikasikan ada hidrokarbon sebanyak 19 cekungan, dan belum dilakukan pemboran sama sekali sebanyak 68 cekungan.
Hadi menilai, ini memberikan peluang besar untuk menemukan cadangan migas baru yang dapat meningkatkan produksi domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Hanya saja, perlu keberanian dalam mengambil langkah eksplorasi yang masif untuk mencari harta karun baru untuk menggantikan sumber daya yang saat ini diproduksi setiap hari.
Menilik sejarah migas kita, pihak yang berani melakukan eskplorasi masif adalah, perusahaan migas asing, kata Hadi, Senin (21/10/2024).
Selain itu, ia menelankan perlu adanya peningkatan kualitas data base untuk eksplorasi. Pemasaran untuk setiap putaran lelang juga harus dikuatkan melalui public exspose kepada investor-investor asing dan tidak sering mengubah berbagai aturan dan regulasi.
Dengan begitu, kegiatan eksplorasi cadangan basin migas terlaksana yang nantinya akan berdampak terhadap produksi yang tinggi. Sangat memprihatinkan, karena perusahaan migas tanpa eksplorasi yang masif, kita tidak akan bisa mendapatkan produksi dengan jumlah volume berkelanjutan, lanjutnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sendiri telah menerbitkan regulasi terbaru terkait kontrak bagi hasil minyak dan gas bumi (migas) untuk meningkatkan daya tarik investasi migas di Indonesia.