Jakarta – Pasar dan bisnis global terpuruk pada Kamis, (3/4/2025) usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif besar-besaran kepada mitra dagang utama dan negara lainnya.
Mengutip the Guardian, kebijakan tarif baru Donald Trump dengan mengenakan tarif dasar sebesar 10 persen untuk semua barang yang masuk ke AS sehingga tarif maksimal lebih dari 50 persen untuk impor dari beberapa negara.
Hal ini menandai pergolakan terbesar tatanan perdagangan global sejak perang dunia kedua. Presiden AS Donald Trump menuturkan, pungutan ini ditujukan untuk menargetkan praktik perdagangan yang tidak adil selama puluhan tahun yang telah merugikan AS.
Tarif universal 10 persen akan mulai berlaku pada 5 April 2025. Sedangkan tarif timbal balik atau tarif resiprokal pada negara-negara tertentu akan dimulai pada 9 April 2025.
Donald Trump telah mengenakan tarif 20 persen untuk barang-barang dari Uni Eropa. Meksiko dan Kanada lolos dari pusaran pengumuman Rabu waktu setempat. Namun, masih akan dikenakan tarif 25 persen yang dikenakan awal 2025.
Reaksi terhadap perubahan kebijakan luar negeri dan perdagangan AS selama puluhan tahun berlangsung cepat dan dramatis dengan bursa saham Asia anjlok pada Kamis pagi.
Berikut sejumlah respons masing-masing negara terhadap tatanan ekonomi global baru yang muncul.
1.China
China sangat terpukul oleh tarif baru yang menyebabkan total pungutan atas impor China menjadi lebih dari 50 persen. Kementerian Perdagangan China meminta Washington untuk segera membatalkan tarif tersebut. China mengingatkan tarif tersebut membahayakan pembangunan ekonomi global dan akan merugikan kepentingan AS serta rantai pasokan internasional.
“Tidak ada pemenang dalam perang dagang, dan tidak ada jalan keluar bagi proteksionisme,” kata kementerian tersebut.
China telah menjanjikan tindakan balasan. AS akan mengenakan tarif sebesar 34 persen atas barang-barang China, di atas tarif sebesar 20 persen yang telah dikenakan awal tahun ini.