Jakarta – Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi hingga kuartal III 2024 mencapai Rp 431,5 triliun. Secara tahunan atau year on year (YoY), terjadi peningkatan sebesar 15,3 persen.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani menyampaikan, pemasukan investasi hingga September 2024 di luar Pulau Jawa sedikit lebih banyak dibanding Pulau Jawa. Meskipun secara peningkatan rata-rata Pulau Jawa masih sedikit lebih tinggi, yakni 15,9 persen dibanding 14,6 persen di luar Jawa.
Memang hampir sama lah kontribusinya (Jawa dan luar Jawa), 50:50. Walaupun dari luar Jawa justru lebih baik, slightly 50,7 persen atau Rp 218,8 triliun. Untuk Jawanya adalah Rp 212,7 triliun atau 49,3 persen, jelas Rosan dalam sesi konferensi pers, Selasa (15/10/2024).
Meskipun begitu, realisasi investasi di Pulau Jawa masih lebih mendominasi jika dibagi secara porsi wilayah. DKI Jakarta jadi provinsi dengan pemasukan tertinggi mencapai Rp 71,4 triliun.
Lihat daerahnya, memang Jakarta masih mendominasi, kurang lebih Rp 71,4 triliun. Menyusul Jawa Barat Rp 56,6 triliun, Jawa Timur Rp 39,7 triliun, Sulawesi Tengah Rp 38,8 triliun, dan Banten Rp 25,2 triliun, papar Rosan.
Secara porsi, penanaman modal asing (PMA) mengalami peningkatan lebih signifikan dibanding tahun sebelumnya, sebesar 18,5 persen. Nilainya mencapai Rp 232,7 triliun, atau 53,9 persen dari total investasi yang masuk di triwulan ketiga tahun ini.
Sementara untuk PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) peningkatannya 11,4 persen, mencapai 46,1 persen dari total investasi yang masuk, jumlahnya adalah Rp 198,8 triliun, terang Rosan.
Adapun transportasi, gudang dan telekomunikasi jadi sektor yang mengantongi investasi tertinggi, yakni Rp 58 triliun atau memakan porsi 13,5 persen. Disusul industri logam dasar, barang logam bukan mesin dan peralatan, dengan porsi 12,9 persen atau Rp 55,9 triliun.
Ketiga pertambangan, 10,3 persen kontribusinya, Rp 44,6 triliun. Keempat industri kimia dan farmasi, kontribusi 7,3 persen atau Rp 31,6 triliun. Kelima, industri makanan Rp 31,3 triliun atau 7,3 persen, tutur Rosan.