Jakarta – Rencana pembentukan super holding BUMN terus bergulir. Menyusul ada bocoran mengenai perubahan Kementerian BUMN menjadi Badan BUMN di masa pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto.
Rencana yang sudah bergulir sejak masa Menteri BUMN pertama, Tanri Abeng itu semakin santer dibahas. Namun, Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Drajad Wibowo belum mau berbicara banyak soal Superholding BUMN.
No comment, kata Drajad usai Diskusi Indonesia Future Policy Dialogue, di Le Meridien, Jakarta, Rabu (9/10/2024).
Asal tahu saja, konsep super holding BUMN telah diterapkan di Singapura melalui Temasek. Saat ini, benchmark Kementerian BUMN dengan konsolidasi perusahaan pelat merah pun disejajarkan dengan Temasek.
Drajad masih enggan berbicara banyak soal pembentukan Super Holding BUMN di masa pemerintahan Prabowo Subianto nantinya.
Saya enggak bisa berkomentar, bukan sesuatu yang bisa saya bocorkan, kata dia.
Informasi, pembentukan super holding juga menjadi perhatian Menteri BUMN Erick Thohir. Salah satu transformasinya adalah menekan jumlah BUMN menjadi hanya 30 perusahaan pelat merah.
Super Holding BUMN di Singapura dan Malaysia
Diberitakan sebelumnya, dalam konteks organisasi, pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia memang berbeda dengan model pengelolaan BUMN di Malaysia dan Singapura.
Kedua negara ini mengelola BUMN di bawah Super Holding Company (SHC) yaitu Khazanah di Malaysia dan Temasek di Singapura. Sedangkan China, pengelolaan BUMN sektor non-finansial dikendalikan oleh SASAC.
Badan ini hampir serupa dengan model Kementerian BUMN di Indonesia, di mana peran birokrasi masih cukup menonjol dalam pengelolaan dan pengawasan BUMN, tutur Pengamat BUMN Toto Pranoto www.wmhg.org.
Toto menjelaskan, secara kinerja kemampuan Temasek dan SASAC sangat luar biasa. Tahun 2018 misalnya, total aset mereka mencapai USD 342 miliar dan keuntungan sebelum pajak (EBT) sebesar menyentuh USD 10,4 miliar.