Jakarta Kurs Rupiah terus mengalami penurunan nilai tukar, dan semakin mendekati level 16.500 per USD. Pada Kamis sore (19/12), Rupiah ditutup melemah 215 point terhadap Dolar AS (USD) setelah sebelumnya sempat melemah 220 point dilevel Rp.16.312 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.097.
“Sedangkan untuk perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 16.300 – Rp.16.370,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Kamis (19/12/2024).
Federal Reserve (The Fed) kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,25 persen hingga 4,50 persen.
Seperti diketahui, pemangkasan ini yang lama ditunggu-tunggu sekaligus mengindikasikan akan memperlambat laju siklus pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat.
Para pejabat The Fed juga mengisyaratkan bahwa mereka kemungkinan akan menghentikan pemangkasan suku bunga di masa mendatang mengingat pasar tenaga kerja dan inflasi yang stabil. “Suku bunga diperkirakan akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama setelah pemangkasan pada hari Rabu,” ungkap Ibrahim.
Namun, pasar mengesampingkan kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed pada Januari 2025.
Pasar kini memperkirakan hanya dua pemangkasan lagi pada tahun 2025, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya yaitu empat kali. Ketua Fed Jerome Powell dalam pernyataannya mengatakan pemangkasan lebih lanjut bergantung pada kemajuan dalam mengekang inflasi yang terus-menerus, yang mencerminkan penyesuaian pembuat kebijakan terhadap potensi pergeseran ekonomi di bawah pemerintahan Donald Trump yang akan datang.
Langkah The Fed
Di Asia, Bank of Japan (BOJ) juga mengikuti langkah The Fed dengan mempertahankan suku bunga tetap, menandakan lebih banyak kehati-hatian atas prospek ekonomi Jepang dan arah inflasi.
Bank sentral Jepang itu mengatakan pihaknya memperkirakan inflasi akan meningkat pada tahun 2025 dan tetap mendekati target tahunannya sebesar 2%.
“Langkah BOJ mengecewakan beberapa investor yang berharap kenaikan suku bunga pada bulan Desember, meskipun prospek suku bunga tetap stabil dalam waktu dekat menjadi pertanda baik bagi saham Jepang. Yen melemah setelah keputusan BOJ, yang juga menguntungkan sektor berorientasi ekspor,” papar Ibrahim.