Jakarta – Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut direspons pelaku pasar dalam negeri. Terutama pengusaha dengan belanja komponen dengan mata uang asing.
PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk turut merespons kondisi tersebut. Direktur Utama VKTR, Gilarsi Wahju Setijono mengamini soal nilai tukar ini berdampak signifikan ke transaksi perusahaan.
Betul bahwa currency effect itu significant buat kita. Karena hampir semua komponen itu masih foreign currency based, ungkap Gilarsi, di Jakarta, dikutip Selasa (25/3/2025).
Dia melirik mata uang asing lainnya sebagai nilai tukar. Tak lagi menggunakan dolar AS, Gilarsi mulai menggunakan mata uang China, Renminbi (RMB) dalam proses transaksinya sebagai pengganti dolar AS.
Dari pelajaran historis kita itu akhirnya kita mengambil keputusan kita transaksinya jangan pakai US dollar. Kita transaksinya pake Renminbi, ucap dia.
Gilarsi menyadari nilai tukar rupiah terhadap renminbi juga fluktuatif. Namun, pergerakannya disebut tidak lebih besar daripada dolar AS.
Dia sudah melakukan pengalihan transaksi itu sebelum Indonesia bergabung dengan BRICS, harapannya prosesnya bisa lebih menguntungkan ke depannya.
Nah, itu yang sekarang sudah kita mulai alihkan. Transaksi-transaksi base kita itu menggunakan Renminbi. Ini kita lakukan bahkan sebelum Indonesia menggabungkan BRICS, ucapnya.
Ketika menggabungkan BRICS, seharusnya air tightnessnya lebih terasa. Nah, jadi upaya yang kita lakukan hedging adalah dengan menggunakan currency yang berbeda, Gilarsi menambahkan.