Jakarta Rupiah mengalami pelemahan pada Senin, 6 Januari 2025. Rupiah ditutup melemah tipis 1 point terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat menguat 20 point dilevel 16.198 dari penutupan sebelumnya di level 16.196.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang 16.150-16.210,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Senin (6/1/2025).
Rupiah melemah beberapa waktu setelah rilis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 mencatatkan defisit Rp.507,8 triliun atau 2,29% terhadap produk domestik bruto (PDB).
“Pasar terus mengamati Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN 2024 mencatatkan defisit Rp507,8 triliun atau setara 2,29% terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit itu melebar dari capaian tahun sebelumnya atau 2023, yaitu Rp.347,6 triliun atau 1,65% terhadap PDB,” papar Ibrahim.
“Secara keseluruhan, APBN 2024 memang didesain 2,29% terhadap PDB. Artinya, pemerintah sudah memperkirakan bahwa defisit APBN 2024 akan lebih besar dari 2023,” ungkapnya.
Sebelumnya, Pemerintah memperkirakan defisit APBN 2024 akan mencapai 2,7%, karena kondisi makroekonomi semester I/2024 yang berat. Target awal defisit APBN adalah sebesar Rp.522.8 triliun. Sementara itu, pendapatan negara 2024 mencapai Rp.2.842,5 triliun atau naik 2,1% secara tahunan (yoy) dibanding 2023, menurut catatan Kementerian Keuangan.
Pendapatan negara pada tahun 2024 berasal dari penerimaan pajak 1.932,4 triliun, kepabeanan dan cukai Rp 300,2 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp 579,5 triliun, dan hibah Rp 30,3 triliun.
Kondisi Eksternal Terkini
Pada Desember 2024, Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve telah memperingatkan bahwa inflasi yang lesu dan kekuatan di pasar tenaga kerja akan membuat suku bunga tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama.