Jakarta – Pada momentum Ramadan 2025, masyarakat Indonesia cenderung lebih selektif dalam berbelanja dibanding tahun sebelumnya. Temuan terbaru Populix menunjukkan ada penurunan signifikan dalam minat membeli produk sekunder, antara lain fesyen, perabot rumah tangga, dan barang elektronik
Bahkan, dalam kategori makanan dan minuman, sebagian masyarakat memilih menurunkan kualitas produk demi mempertahankan kuantitas. Perubahan perilaku ini didorong oleh meningkatnya kewaspadaan terhadap pengeluaran selama bulan suci.
Di Ramadan tahun ini, mayoritas masyarakat tidak segan-segan untuk menunda pembelian barang non-esensial, khususnya barang elektronik atau produk mewah lainnya. Bahkan untuk makanan yang secara persentase prioritasnya sedikit berkurang, apabila diteliti ternyata juga turut terdampak dari segi kualitas,” kata Vice President of Research Populix, Indah Tanip, dikutip Jumat (28/2/2025).
Populix mengungkapkan, tahun ini masyarakat akan lebih selektif dalam berbelanja dibanding Ramadan tahun lalu. Terlihat dari ada penurunan minat beli secara signifikan pada berbagai produk sekunder. Selain itu, meskipun secara prioritas tidak terdampak signifikan, sebagian masyarakat akan mengurangi kualitas produk makanan dan minuman untuk mempertahankan kuantitasnya.
Minat Kebutuhan Sekunder Turun
Temuan ini diungkapkan dalam laporan terbaru Populix, “Perilaku Belanja di Bulan Ramadan 2025”, yang didapatkan melalui survei kepada 1.100 orang yang hampir 90 persen-nya beragama Islam. Menurut hasil survei Populix, meskipun secara urutan prioritas masih sama, terjadi penurunan yang cukup signifikan pada minat beli kebutuhan sekunder.
Misalnya, kendati tetap menjadi prioritas kedua, minat masyarakat untuk membeli produk pakaian dan barang-barang fesyen turun dari 78 persen menjadi 55 persen saja. Tak hanya itu, penyusutan volume bahkan hingga kurang dari setengah terjadi di produk sekunder lain.
Perabot rumah tangga yang menyusut dari 28 persen ke 11 persen, dan barang elektronik dari 16 persen ke 7 persen. Meskipun prioritasnya paling kecil, publik juga ditengarai akan mengurangi pembelian properti berupa tanah dan bangunan secara signifikan.