Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan tantangan dan ketidakpastian yang akan dihadapi industri jasa keuangan di 2025 diperkirakan tidak akan lebih mudah dibandingkan 2024.
Mahendra menuturkan pada 2025 pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan meningkat secara terbatas. Selain itu normalisasi kebijakan suku bunga di Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara utama lainnya diperkirakan akan terus berlanjut namun dengan laju yang lebih lambat.
Tak hanya itu adanya divergensi pemulihan ekonomi pada beberapa negara juga turut menjadi tantangan bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan industri jasa keuangan.
“Divergensi pemulihan ekonomi di antara negara-negara industri berpotensi mengakibatkan terjadinya perbedaan monetary path dari berbagai otoritas moneter global yang akan mempengaruhi capital flow dan nilai aset keuangan,” kata Mahendra dalam sambutannya pada acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2025, Selasa (11/2/2025).
Tak hanya itu, Mahendra menyebut kompleksitas pemulihan ekonomi diperkirakan akan meningkat seiring perkembangan geopolitik dan geoekonomi yang dinamis.
Kebijakan Perdagangan Ditentukan Aspek Politik
Di sisi lain, Mahendra menilai Trade policy atau kebijakan perdagangan pada 2025 lebih ditentukan oleh aspek politik dibandingkan dengan aspek ekonomi.
“Hal ini berpotensi meningkatkan fragmentasi perdagangan global dan menurunkan volume perdagangan itu sendiri,” jelasnya.
Begitupun dengan mulai terjadinya divergensi kebijakan dan penerapan standar internasional di sektor keuangan antar negara yang juga dapat menciptakan perbedaan daya saing sektor keuangan.