Jakarta – Hampir sepertiga dari populasi orang dewasa di dunia, atau sekitar 1,8 miliar orang tidak mencapai tingkat aktivitas fisik yang direkomendasikan. Hal itu diungkapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah laporan per Juni 2024.Â
Prevalensi ketidakaktifan fisik orang dewasa tertinggi terjadi di negara Asia-Pasifik berpendapatan tinggi (48%), yang meliputi Korea Selatan, Jepang, dan Singapura. Negara-negara tersebut notabene adalah negara maju.
Dilansir dari CNBC International, Kamis (29/8/2024) standar WHO menetapkan bahwa 150 menit aktivitas intensitas sedang, 75 menit aktivitas intensitas kuat, atau setara dengan aktivitas fisik per minggu direkomendasikan untuk orang dewasa.
Orang-orang pada umumnya menjadi kurang aktif sejak 2000, karena ketidakaktifan fisik di antara orang dewasa secara global pada 2022 meningkat menjadi 31,3%, dari yang tercatat 26,4% pada 2010 dan 23,4% pada 2000, menurut studi WHO yang didasarkan pada 507 survei di 163 negara dan wilayah.
Hal ini sebagian dapat dijelaskan oleh adopsi teknologi yang besar dalam beberapa dekade terakhir.
Orang-orang semakin banyak bekerja menggunakan perangkat elektronik, komputer, (dan) sering kali tidak banyak bergerak karena mereka lebih banyak mengirim email daripada melakukan percakapan fisik, jadi kita tidak banyak bepergian di antara rapat, kata Fiona Bull, Kepala unit aktivitas fisik WHO.
Asia Selatan
Fenomena ini juga terjadi di negara kawasan Asia Selatan (45%), yang meliputi Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, India, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka.
Asia mencakup sekitar 30% dari populasi dunia, tetapi kita menanggung hampir 50% beban penyakit dunia. Kita memiliki lebih banyak penderita diabetes, kita memiliki lebih banyak pasien kanker, kita memiliki lebih banyak pasien kardiovaskular daripada di tempat lain di dunia, ungkap Abrar Mir, salah satu pendiri Quadria Capital.
Laporan yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Global Health juga mengungkapkan, bahwa rata-rata populasi perempuan flobal menunjukkan ketidakaktifan fisik yang lebih tinggi (34%) dibandingkan dengan laki-laki (29%).
Kesenjangan ini paling menonjol di wilayah Asia Selatan, di mana ketidakaktifan fisik di kalangan perempuan 14 poin persentase lebih tinggi daripada laki-laki.