Jakarta Menteri Keuangan sekaligus Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Sri Mulyani Indrawati, menyatakan bahwa ketegangan politik global yang meningkat bisa mempengaruhi pergerakan rupiah terhadap dolar AS.
Selain itu, ditambah preferensi investor terhadap aset keuangan Amerika Serikat, mendorong indeks mata uang dolar AS (DXY) ke tren penguatan.
Kondisi ini memberikan tekanan tambahan pada mata uang negara lain, termasuk Indonesia, serta menciptakan ketidakpastian di pasar global, ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK Triwulan IV-2024 di Jakarta, Jumat (24/1/2025).
Ia menjelaskan, preferensi investor terhadap aset-aset berbasis dolar AS menjadi faktor utama penguatan indeks DXY.
“Ketegangan politik global yang meningkat dan preferensi investor yang makin besar terhadap aset keuangan Amerika Serikat menyebabkan indeks DXY berada dalam tren penguatan. Ini memberikan tekanan tambahan pada mata uang lainnya,” tambahnya.
Kebijakan Tarif AS dan Dampaknya pada Inflasi Global
Sri Mulyani juga menyoroti kebijakan tarif yang diterapkan Amerika Serikat, yang diperkirakan dapat memperlambat proses penurunan inflasi global.
“Kebijakan tarif di AS cenderung menahan inflasi tetap tinggi. Hal ini berimbas pada ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve (Fed Fund Rate), di mana penurunan suku bunga menjadi lebih terbatas,” jelasnya.